Amien Rais Ingatkan Tak Ada Cawe-Cawe Lagi, Golkar: Stop Adu Domba!

JAKARTA - Ketua DPP Partai Golkar, Nusron Wahid merespons peringatan mantan Ketua MPR Amien Rais terhadap seseorang agar tidak ada cawe-cawe lagi dan membiarkan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto mengambil alih pemerintahan.

Nusron menegaskan, tidak ada cawe-cawe dalam transisi pemerintahan Presiden Joko Widodo ke Prabowo. Dia pun meminta tokoh reformasi itu untuk berhenti mengadu domba.

"Tidak ada adu domba dan tidak ada istilah cawe-cawe dan mengambil alih pekerjaan orang atau lembaga lain. Masing-masing sudah on the track. Stop adu domba," ujar Nusron saat dihubungi, Kamis, 6 Juni.

Menurut Sekretaris TKN Prabowo-Gibran itu, Amien Rais tidak akan bisa memprovokasi dengan pernyataan-pernyataannya. Sebab menurutnya, semua pihak sudah kompak menatap masa depan bersama pemerintahan Prabowo-Gibran yang akan melanjutkan program-progam Jokowi.

Anggota DPR itu justru menyarankan Ketua Majelis Syuro Partai Ummat tersebut untuk mengurus partainya agar bisa lolos ke Parlemen pada Pemilu mendatang.

"Sudah panjenengan fokus dan konsentrasi di Partai Ummat. Semoga pada Pemilu tahun 2029 mendatang kita bisa ketemu untuk kompetisi bersama, syukur-syukur bisa lolos ke Senayan," kata Nusron.

Sebelumnya, Amien Rais mengingatkan kepada seseorang agar tak ada lagi cawe-cawe. Namun, ia tak menyebutkan identitas orang yang dimaksud.

"Saya pikir sudah waktunya goodbye sir please go back to your asal-usul, kemudian enggak usah cawe-cawe lagi," kata Amien Rais usai bertemu pimpinan MPR, Jakarta, Rabu, 6 Juni.

Menurut mantan Ketua Umum PAN itu, Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih harus bisa mengambil alih pemerintahan ke depan setelah mendapatkan dukungan dari masyarakat pada Pilpres 2024 lalu.

"Biarlah Pak Prabowo ambil alih dengan dukungan mayoritas parpol dan masyarakat Indonesia, mudah-mudahan ada harapan," katanya.

Amien juga menyinggung bahwa pemerintahan saat ini telah diambil alih oleh seseorang tertentu hingga 94 persen. Namun ia tak menyebut nama seseorang itu.

"Saya enggak nyebut nama, ini memang sosok seseorang yang nampaknya tidak mengerti demokrasi, semua diambil alih ya 94 persen," ucapnya.

Dia juga menyindir DPR RI yang terlalu nyaman sehingga hilang taring untuk mengkritisi pemerintahan.

"DPR juga agak keenakan diambil alih, mungkin juga salah beliau-beliau juga, nggak tahu ya. Kemudian lembaga-lembaga tinggi juga dijinakkan, dikooptasi ya lantas semua hanya nggeh-nggeh saja," pungkasnya.