Waskita Bilang Tol Bocimi Longsor akibat Curah Hujan Tinggi, Ketua Komisi V DPR: Lemah Perencanaan
JAKARTA - Ketua Komisi V DPR RI Lasarus mengomentari alasan terjadinya longsor di ruas Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) seksi dua Parungkuda-Cigombong, pada 3 April 2024 lalu.
Sebelumnya, PT Waskita Toll Road (WTR) menyebutkan longsor yang terjadi di Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) KM 64, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, arah Sukabumi akibat gerusan air saat hujan deras pada Rabu malam, 3 April 2024.
"Diduga longsor terjadi karena gerusan air akibat curah hujan yang lebat di sekitar lokasi," kata Corporate Secretary PT Waskita Toll Road Alex Siwu, dikutip Kamis, 4 April.
Lasarus menilai, alasan tersebut tak masuk akal lantaran hampir semua ruas tol di Indonesia memang mengalami curah hujan yang tinggi.
Hal tersebut dia sampaikan saat Rapat Kerja (Raker) Komisi V DPR RI bersama Menteri PUPR, Menteri Perhubungan, Kepala BMKG dan Kepala BNPB membahas Evaluasi Pelaksanaan Infrastruktur dan Transportasi pada Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024 di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu, 5 Juni.
"Kenapa saya tanya tadi ini solicited atau unsolicited, investasi atau dibangun oleh swasta. Tadi sudah dijawab ini ruasnya Waskita. Jadi, kami dari Komisi V menekankan pak seluruh tol yang dibangun oleh swasta karena ini bukan di ruasnya APBN yang menjadi tanggung jawab langsung Kementerian PUPR saya enggak komentar pak, saya komen swastanya," kata Lasarus.
"Ketika tol ini akan digunakan, tadi alasan yang bapak sampaikan karena curah hujan tinggi. Saya bilang sama pak Ridwan saya bisa terima pak kalau jalan itu kena bom lalu longsor. Tapi, kalau karena hujan terjadi longsor dan tolnya roboh kami agak kurang bisa terima pak. Saya mau tanya ruas mana di Indonesia ini yang curah hujannya tidak tinggi," sambungnya.
Dia menilai, Waskita telah lalai merencanakan studi geologi saat pembangunan ruas tol tersebut.
"Ada rumus bisnis pak biaya sekecil-kecilnya untung sebesar-besarnya. Itu rumus bisnis pak. Dengan sekecil-kecilnya pengeluaran bisa mendapat sebesar-besarnya keuntungan. Lalu, bagaimana kami memastikan supaya sekecil-kecilnya pengeluaran untuk bisa mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, di sana negara perlu hadir. Kementerian PUPR perlu hadir," ucap Lasarus.
"Ini agak menggelitik alasannya karena curah hujan tinggi. Maka waktu ditanya oleh wartawan saya bilang ini lemah di perencanaan. Studi geologinya tidak matang, tidak maksimal. Sehingga, lemah di perencanaan," tambahnya.
Lasarus mengaku, dirinya menanyakan persoalan tersebut kepada para ahli konstruksi.
Alhasil, jawaban dari para ahli sama dengan yang diungkapkan oleh dirinya.
"Saya tanya, lah. Telepon sana sini profesor dari mana-mana yang pernah kami undang ke sini mengatakan, studi geologinya lemah, perencanaannya lemah. Tidak menghitung manakala terjadi hujan lebat longsor enggak ini dengan konstruksi seperti ini," tuturnya.
Baca juga:
Oleh karena itu, lanjut Lasarus, pihaknya meminta kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) agar melakukan audit terlebih dahulu guna memastikan kelayakan suatu ruas jalan.
"Pak sekjen dan teman-teman dari Kementerian PUPR, kami mohon sebagai wakil rakyat sebelum jalan ini digunakan, audit dulu pak secara teknis. Konstruksinya diaudit, layak atau tidak. Apapun alasan yang kami berikan kalau sudah terjadi dan ada korban akibat kelemahan di sisi konstruksi, mau kami ngomong apapun rakyat tidak percaya pak. Sudah bikin orang mati, kok," imbuhnya.