Korban Bertambah, Pemkot Bogor Tetapkan Status KLB Peristiwa Keracunan Massal

BOGOR - Korban keracunan makanan di RT 1 RW 12 Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan terus bertambah. Hingga Selasa kemarin Dinas Kesehatan Kota Bogor mencatat ada 93 orang warga yang menjadi korban keracunan dan pemerintah kota menetapkan peristiwa itu sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Sekretaris Daerah Kota Bogor, Syarifah Sofiah menuturkan berdasarkan hasil pantauannya di Puskesmas Cipaku dan sejumlah rumah sakit terdapat penambahan jumlah korban keracunan yakni 22 orang dari data awal pada Senin 3 Juni yang berjumlah 71 orang.

"Kami melihat di RS Juliana ada informasi tambahan pasien. Tadi kami juga lihat di sini (Puskesmas Cipaku) juga ada pasien-pasien baru. Lalu tadi juga ada yang kami rujuk 4 orang ke RS Ummi. Jadi yang masih dalam penanganan di rumah sakit ada 9 orang, di Puskesmas tadi yang masuk 19 orang lalu dirujuk 4 orang. Jadi di sini (Puskesmas) 15 orang," bebernya.

Syarifah menjelaskan pasien korban keracunan yang dirujuk ke RS dalam kondisi dehidrasi berat. Hal itu dilakukan untuk mencegah kondisi pasien kian bertambah buruk.

Sebab menurutnya, satu pasien meninggal dalam kasus ini diakibatkan adanya penyakit penyerta yang diidap korban. Sementara itu, pasien yang masih bisa dilayani oleh Puskesmas akan tetap ditangani di Puskesmas.

Syarifah menyebut, Puskesmas Cipaku menjadi tempat pertama warga yang genting dan membutuhkan perawatan. Apabila mengalami perburukan pasien akan dirujuk ke rumah sakit.

Ia menyatakan data pasien ini masih dapat berubah dan bertambah. Sebab jumlah korban tidak dapat dipastikan dari jumlah bungkus makanan yang dibagikan.

Berdasarkan data yang dia dapat tuan rumah menyediakan 85 kotak makanan dan sejumlah rantang yang juga berisi makanan. Makanan itu kemudian ada yang dimakan secara bersama-sama oleh warga dan keluarganya.

"Dugaan sementara penyebabnya dari menu telur balado. Karena katanya bumbunya sudah mulai basi, rasanya sudah asam. Tapi untuk memastikan secara medis kami masih menunggu hasil lab dari feses dan muntahan yang diperiksa ke BBLK Jakarta. Kami masih menunggu hasilnya, ada bakteri apa. Diperkirakan 2 hari, nanti kami follow up," terang Syarifah.

Ia menyebut kebanyakan korban keracunan didominasi orang dewasa dengan usia 20-44 tahun. Mesk begitu terdapat pula anak-anak yang menjadi korban yakni sebanyak 5 orang. Dua di antaranya tengah di rawat di RS sementara 3 lainnya di Puskesmas Cipaku.

Akibat kejadian ini Pemerintah Kota Bogor akhirnya menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Syarifah menyebut kasus ini akan ditangani secara KLB.

"Jadi kalau KLB harus intensif dan cepat. Ambulans tidak boleh susah, petugas harus tersedia, tempat tidur harus ada, obat-obatan harus ada. Jadi ditangani bukan skala Puskesmas lagi tapi skala kota," jelasnya.