Kyivstar Alokasikan Rp1,4 Triliun untuk Menangani Serangan Siber Rusia

JAKARTA - Operator seluler terkemuka Ukraina, Kyivstar, telah mengalokasikan 90 juta dolar AS (Rp1,4 triliun) untuk menangani serangan siber yang diduga dilakukan oleh Rusia terhadap layanannya. Mereka juga  mengatakan bahwa serangan tersebut telah mempengaruhi pertumbuhannya.

Peretasan ini, yang disebut oleh CEO-nya sebagai serangan siber terbesar pada infrastruktur telekomunikasi di dunia, terjadi pada bulan Desember, merusak infrastruktur dan mengganggu sinyal telepon seluler bagi jutaan warga Ukraina.

"Sebelum serangan siber, kami mengalami peningkatan sebesar 11%-12% dari kuartal ke kuartal pada tahun 2023. Serangan siber mengurangi sekitar 3% dari pertumbuhan tahunan," kata CEO Kyivstar, Oleksandr Komarov kepada kantor berita Interfax-Ukraina.

Komarov tidak memberikan rincian tambahan tentang aspek pertumbuhan yang dimaksud. Kyivstar tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Komarov mengatakan bahwa operator seluler tersebut mengalokasikan 3,6 miliar hryvnia (90,76 juta dolar AS) untuk menangani dampak serangan tersebut. Dana tersebut digunakan untuk memperbaiki kerusakan serta memperkuat sistem dan mendanai program loyalitas untuk pelanggan.

Kyivstar, yang dimiliki oleh operator telekomunikasi seluler Veon yang terdaftar di Amsterdam, memiliki 24,3 juta pelanggan seluler serta lebih dari 1,1 juta pelanggan internet rumah.

Saat itu, kepala mata-mata siber Kyiv mengatakan bahwa ia yakin serangan tersebut dilakukan oleh Sandworm, unit perang siber intelijen militer Rusia. Solntsepyok, sebuah kelompok yang diyakini oleh Ukraina terafiliasi dengan Sandworm, mengklaim bertanggung jawab. Rusia belum memberikan komentar tentang serangan tersebut.