DBD di Jakarta Tembus 7.142 Kasus Sejak Awal 2024
JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI mencatat 7.142 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta sejak awal Januari 2024 hingga tanggal 14 Mei. Selama pertengahan bulan ini, kasus DBD tercatat sebanyak 729 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia menyebut, tren kasus DBD pertengahan bulan Mei lebih rendah dibanding sebulan sebelumnya.
"Memang sampai saat ini kondisi di April kemarin masih lebih tinggi daripada di Maret ya, masih meningkat sampai dengan April. Mudah-mudahan di Mei ini sudah lebih turun," ucap Dwi kepada wartawan, Jumat, 17 Mei.
Meski trennya mulai menurun, Dwi mengingatkan penyebaran kasus DBD masih perlu diwaspadai. Mengingat, sejak awal tahun ini, tercatat sudah ada 15 orang meninggal dunia akibat kasus tersebut.
Kematian kasus DBD dialami pada rentang usaia anak, dewasa, hingga lanjut usia (lansia). Dwi menekankan, tingkat fatalitas penyakit DBD bisa dialami pada semua umur jika terlambat mendapat penanganan.
"Perlu diwaspadai terus bahwa demam berdarahnya masih ada. Jadi, orang jangan menunda kalau memang kondisi sakit, demam tinggi, itu harus segera periksakan diri," jelas Dwi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati meminta masyarakat mewaspadai gejala DBD.
Baca juga:
Di antaranya ditandai dengan demam 2–7 hari yang disertai manifestasi pendarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemakonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asitesis, efusi pleura, hipoalbuminemia).
Terdapat juga beberapa gejala DBD lainnya, seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.
“Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Ada yang hanya demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian lagi menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian,” ungkap Ani.
Ani menambahkan, kelembaban yang tinggi dan meningkatnya curah hujan, berpotensi pada peningkatan vektor penular DBD, yaitu nyamuk Aedes aegypti.
Sehingga, perlu adanya upaya pengendalian vektor DBD secara masif dengan melibatkan peran serta seluruh aspek masyarakat pada tujuh tatanan, yakni permukiman, perkantoran, institusi pendidikan, tempat-tempat umum, tempat pengelolaan makanan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan fasilitas olahraga.
"Kami mengimbau warga waspada dan menerapkan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) 3M (menguras, menutup, mendaur ulang) Plus atau kegiatan lain yang mencegah perkembangbiakan dan gigitan nyamuk aedes aegypti,” imbuhnya.