Rupiah Diprediksi Lesu di Tengah Pasar Menanti Rilis Data AS

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 14 Mei 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 14 Mei 2024 dalam rentang harga Rp16.060 - Rp16.130 per dolar AS.

dirinya menyampaikan sebagian besar pedagang tetap bias terhadap greenback menjelang data indeks harga produsen untuk bulan April akan dirilis pada hari Selasa.

Sedangkan data indeks harga konsumen yang lebih diawasi akan dirilis pada hari Rabu, akan menjadi fokus utama, mengingat hal tersebut kemungkinan akan menjadi faktor dalam prospek suku bunga AS.

"Dolar mengalami fluktuasi besar pada minggu lalu karena data perekonomian AS yang beragam memicu pertanyaan mengenai kapan bank sentral akan mulai memotong suku bunga tahun ini. Namun meski perekonomian AS tampak melambat dalam beberapa bulan terakhir, inflasi diperkirakan masih tetap stabil," jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Selasa, 14 Mei.

Ibrahim menyambung inflasi indeks harga konsumen meningkat lebih dari perkiraan pada bulan April, karena langkah-langkah stimulus yang terus-menerus dari Beijing membantu meningkatkan permintaan. Namun inflasi indeks harga produsen menyusut selama 19 bulan berturut-turut, karena aktivitas bisnis Tiongkok masih lamban.

Adapun data inflasi menunjukkan bahwa Beijing masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

Ibrahim menyampaikan para pedagang juga mewaspadai Tiongkok setelah laporan pekan lalu mengatakan pemerintahan Biden sedang mempersiapkan lebih banyak tarif perdagangan terhadap negara tersebut, terutama pada sektor kendaraan listrik Tiongkok.

"Langkah ini dapat memicu kembali perang dagang antara negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia," tuturnya.

Selain itu, Bank Sentral Eropa telah menjanjikan penurunan suku bunga pada tanggal 6 Juni, namun terdapat ketidakpastian mengenai berapa banyak penurunan suku bunga lebih lanjut yang akan disetujui oleh bank sentral pada tahun ini.

Ibrahim menyampaikan pasar saat ini memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 70 basis poin untuk tahun ini.

Dari sisi internal, Pemerintah masih terus mewaspadai adanya ancaman perekonomian global yang tidak menentu. Diantaranya, geopolitik Rusia dan Ukraina yang tak kunjung usai, konflik di Timur Tengah semakin memanas, yakni ketegangan Israel dan Palestina masih berjalan ditambah adanya serangan Iran terhadap Israel.

Di samping itu, pertumbuhan ekonomi di Eropa masih rendah, dan sebentar lagi pemilu, paling dikhawatirkan adalah gerakan ekstrem kanan di Eropa bangkit. Hal ini dikhawatirkan bisa berimbas pada perekonomian dalam negeri.

Meski begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh resilien. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2024 yang tumbuh sebesar 5,11 persen, lebih tinggi dari kuartal keempat 2023 yang sebesar 5,04 persen, yang disokong oleh momentum Ramadan dan Lebaran 2024, juga adanya gelaran pemilu 2024, yang akhirnya meningkatkan konsumsi domestik.

Kuatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia pada April 2024 mencapai 52,9. Meningkatnya jumlah tenaga kerja baru, yang turut menurunkan angka pengangguran. Di februari 2024, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 142,18 juta jiwa, atau meningkat sebesar 3,5 juta jika dibandingkan dengan Februari 2023 yang sebesar 138,63 juta jiwa.

Sebelumnya, data Bloomberg menunjukan nilai tukar Rupiah hari Senin, 13 Mei 2024, Kurs rupiah spot di tutup melemah 0,21 persen ke level Rp16.081 per dolar AS. Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,02 persen ke level harga Rp16.085 per dolar AS.