Luhut Bilang Ada Pejabat Pertamina Dipecat Jokowi karena TKDN: Pertamina Ngawurnya Minta Ampun
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, ada seorang pejabat tinggi PT Pertamina (Persero) baru yang dipecat langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Lebih lanjut, Luhut mengatakan, pemecatan pejabat dilatarbelakangi oleh persoalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sebagai catatan, pemerintah memang tengah mendorong kenaikan TKDN untuk menekan impor dan menjaga neraca perdagangan
"Ada pejabat tinggi Pertamina kemarin itu dipecat presiden langsung," tuturnya dalam acara Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi BPPT 2021, Selasa, 9 Maret.
Namun sayang, Luhut tidak menjelaskan secara spesifik nama pejabat perusahaan migas pelat merah itu. Pihaknya juga tidak membeberkan waktu pasti pemecatan dan siapa pengganti pejabat tinggi Pertamina yang diberhentikan tersebut.
Luhut hanya menyampaikan bahwa pejabat tersebut sempat bertanya alasan pemecatan dirinya. Kala itu, kata Luhut, Jokowi beralasan pemecatan terkait dengan TKDN.
"Jadi kamu cek aja siapa yang diganti," ucapnya.
Baca juga:
- Toilet Danau Toba Mau Dibersihin Swiss, Luhut: Siapa Saja Tidak Masalah
- Luhut: Ekonomi Digital Indonesia Tumbuh di Atas Malaysia dan Singapura, tapi Kalah dengan Vietnam
- Perintah Luhut: Infrastruktur di Yogyakarta Harus Rampung pada 2024, termasuk Penanganan Banjir di Bandara YIA
- Konglomerat Chairul Tanjung Bertanya ke Luhut: Kenapa Selalu China, Pak?
Dalam kesempatan itu, Luhut mengaku sudah melaporkan kepada Presiden Joko Widodo untuk mengurangi impor dan mengutamakan produk dalam negeri.
Bahkan, Luhut mengaku sudah pula menyampaikan kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi agar mengurangi kebiasaan impor di Indonesia.
"Saya bilang ke Mendag saya bilang dia paten. Saya bilang Fi (Lutfi), lu jangan mau itu impor-impor itu, tanya gue dulu," ujarnya.
Luhut mengaku geram saat melihat beberapa perusahaan pelat merah juga ikut-ikutan impor. Padahal bahan dan alat produksinya telah ada di Indonesia.
"Misal bikin pipa. Pertamina ngawurnya minta ampun itu, masih impor pipa padahal bisa dibuat di Indonesia. Saya sedih melihat anak muda itu hanya melacurkan profesionalismenya itu," tuturnya.