Status Darurat Bencana Tanah Bergerak di Jatisari Cianjur Dicabut

JABAR - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur mencabut status tangap darurat bencana (TDB) tanah bergerak di Desa Jatisari, Kecamatan Bojongpicung setelah sejumlah upaya penanganan dilakukan dan warga diperbolehkan kembali ke rumah dengan pengawasan dari petugas.

Kordinator Lapangan TDB pergerakan tanah Bojongpicung, Herman saat dihubungi di Cianjur, Minggu, mengatakan setelah 12 hari masa TDB pergerakan tanah, petugas gabungan akhirnya dibubarkan dan sebelumnya sempat memberikan sosialisasi pada 65 kepala keluarga yang mengungsi.

"Upaya penanganan seperti menutup patahan dengan tanah dan menanam pohon keras di area longsor sesuai petunjuk Badan Geologi dan BMKG, kami memberikan sosialisasi dan evaluasi bagi warga sebelum diperbolehkan kembali ke rumahnya masing-masing," katanya.

Dia menjelaskan, bagi warga di dua kampung, Sukajadi dan Cinde sudah diperbolehkan kembali ke rumah termasuk warga yang rumahnya rusak dapat diperbaiki dengan konstruksi rumah panggung bukan rumah permanen guna menghindari hal tidak diinginkan.

Pengawasan dan pendampingan tetap dilakukan petugas gabungan BPBD Cianjur dibantu relawan dari berbagai organisasi kemanusiaan, termasuk mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan saat hujan turun deras dengan intensitas lebih dari dua jam.

"Kami minta warga untuk tetap waspada dan segera mengungsi ketika hujan turun deras dengan intensitas lama atau lebih dari dua jam, guna menghindari hal yang tidak diinginkan," katanya.

Seperti diberitakan Pemkab Cianjur, menetapkan Tangap Darurat Bencana (TDB) pergerakan tanah di Desa Jatisari, Kecamatan Bojongpicung, Rabu 1 Mei selama 12 hari, penerapan status TDB pergerakan tanah berdasarkan banyaknya rumah terdampak dan adanya pengungsi serta pergerakan tanah yang terus meluas.

Tercatat sekitar 61 rumah dan 2 masjid terdampak, sedangkan keluarga yang mengungsi sebanyak 67 kepala keluarga dengan jumlah jiwa sekitar 214 orang.

Tidak ada lokasi pengungsian khusus karena sebagian besar warga memilih menumpang di rumah sanak saudaranya yang dinilai aman dari pergerakan tanah, namun sejumlah posko telah dibangun untuk membantu meringankan beban warga.