Nama Pochettino Tidak Kurangi Kadar Kecintaan MU pada Solskjaer

JAKARTA - Bagaimana Anda menyimpulkan pertandingan seperti itu? "Ini sepak bola," kata Ole Gunnar Solskjaer kepada Sky Sports setelah Manchester United ditahan imbang 3-3 oleh Sheffield United, Minggu, 24 November, petang. Khususnya, ia menambahkan: "Perbedaan antara tim tahun ini dan tahun lalu sangat besar."

Sederhananya, ini adalah pertandingan tandang Liga Primer terbaru musim ini di mana Setan Merah tidak menang. Sebelumnya, Solskjaer gagal meraup poin penuh di kandang Wolves, Southampton, West Ham, Newcastle United dan Bournemouth.

Lima kemenangan dari enam pertandingan di semua kompetisi sebelum akhir pekan tiba sesungguhnya cukup untuk menyebut Solskjaer berhasil membuat para pemainnya bersemangat lagi. Kemudian, pada pekan di mana Mauricio Pochettino nganggur usai dipecat Tottenham Hotspur, mereka malah menghasilkan 70 menit terburuk dalam beberapa bulan terakhir. Tertinggal dua gol di Sheffield!

Untung Setan Merah berhasil bangkit dan masih mampu mengakhiri pertandingan dengan skor imbang 3-3 lewat gol-gol yang dicetak Brandon Williams (72'), Mason Greenwood (77'), dan Marcus Rashford (79'). Begitulah kehidupan di bawah Solskjaer: tanda-tanda kemajuan dan momen-momen keunggulan yang tampaknya hanya memastikan bahwa kemunduran berikutnya masih layak diberitakan.

Pada babak pertama laga tersebut, Setan Merah cuma berhasil melakukan satu tembakan. Ini merupakan pencapaian terendah di bawah Solskjaer sekaligus babak pertama terburuk di masa jabatannya. Kecerobohan Phil Jones yang membuat debutnya di liga pada musim ini menghasilkan gol pertama Sheffield melalui John Fleck pada menit 19' setelah Jones kalah adu bodi dengan Lys Mousset.

Pola 3-4-3, susunan pemain, instruksi - semuanya tampak salah. Marcus Rashford, Anthony Martial dan Daniel James begitu tidak bernyawa. Andreas Pereira juga tak berkutik dijepit para pemain Sheffield United hampir setiap kali dia menguasai bola. Williams, setelah beberapa pekan yang menjanjikan di tim utama, diintimidasi dan ditaklukkan dengan sangat mudah. Skor pun menjadi 2-0 lewat gol tambahan Mousset pada menit 52'.

Sheffield United adalah segalanya yang Setan Merah tidak miliki: dilatih dengan baik, pekerja keras, cepat dan akurat dengan bola, ganas tanpa bola. Mereka menarik tim tamu keluar dari posisinya dan melonjak ke dalam celah, sementara lawan mereka bermain dengan kecepatan yang sangat lambat sehingga Solskjaer yang berusia 46 tahun pun mungkin bisa ikut bermain di dalamnya. 

>

Sejumlah surat kabar siap menjadikan MU sebagai headline, tangisan #OleOut semakin keras, dan nama Pochettino kian bergaung. Dan kemudian, dalam tujuh menit, anak-anak muda yang menjadi tangan Solskjaer menunjukkan mereka tidak akan membiarkan manajernya pergi dengan hening ke dalam malam. Mereka berdiri untuk Solskjaer!

Williams melakukan tendangan setengah voli yang cukup manis pada menit 72', menjadi pemain United termuda dalam tiga tahun yang mencetak gol di Liga Premier sampai Greenwood menambah gol United lima menit kemudian. Ketika Martial, James dan Rashford akhirnya menemukan nyawa mereka, Rashford merobek pertahanan Sheffield hingga hancur menjadi 3-2 pada menit ke 79'.

Hampir tidak bisa dipercaya, tapi inilah United di era Sir Alex Ferguson saat Solskjaer masih bermain. Mengejar ketinggalan! Pada titik ini, nama Pochettino seakan dilupakan lagi lantaran comeback menakjubkan atas nama Solskjaer memberi isyarat penting mereka tidak butuh pelatih asal Argentina. Tapi menjelang laga usai, pria Norwegia harus berbagi kesalahan atas kegagalan timnya. 

Mengganti Martial dengan bek Axel Tuanzebe dengan harapan mempertahankan kemenangan ternyata berbuah buruk. United gagal membersihkan kotak penalti mereka dan membiarkan Oli McBurnie menyamakan kedudukan pada menit 90.. Kemunduran United pun kembali menjadi berita. Nama Pchettino kembali terdengar.

Mereka kini berada di urutan sembilan, lebih dekat ke zona degradasi ketimbang empat besar, terpaut 20 poin dari pemimpin klasemen Liverpool ... tetapi akan terus bertarung sampai titik darah penghabisan. Demi 'The Baby-faced Assassin'.

Sang pelatih akan tetap berada di belakang kemudi, setidaknya itu di mata para pemain. Dia akan menggiling persneling, berbelok ke lalu lintas, tetapi pandangannya tetap ke depan. Apakah para pemain akan bertarung demi Pochettino dengan cara yang sama?