Harga Gabah Turun tapi Beras Masih Mahal, Ini Penjelasan Bos Bulog
JAKARTA - Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani justru turun 15,58 persen dan harga gabah di tingkat penggilingan anjlok 15,20 persen pada April 2024.
Namun, harga beras di pasar hingga saat ini masih terpantau tinggi alias mahal.
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan bahwa kondisi tersebut dipengaruhi beberapa faktor. Seperti, pedagang yang memperhitungkan terkait panen selanjutnya yang diprediksi tidak sebaik yang diharapkan.
“Mungkin semua pedagang juga memiliki pengetahuan yang semakin terbuka, dia bisa melihat proyeksi ke depan kira-kira seperti apa,” ujarnya saat ditemui wartawan di Kantor Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Mei.
“Itu saya kira satu faktor ya, kalau kita sekarang bisa memperkirakan bahwa pada musim yang akan datang mungkin panen tidak sebaik yang diharapkan atau berisiko tidak sebaik yang diharapkan, berarti pedagang juga tahu,” sambungnya.
Tak hanya itu, Bayu juga mengatakan kondisi geopolitik global hingga menguatnya dolar AS terhadap nilai tukar rupiah pun memengruhi sejumlah harga komoditas di dalam negeri.
Saat ini, sambung Bayu, harga komoditas di pasar internasional masih fluktuatif, sehingga berpengaruh besar terhadap pasar lokal.
Dinamika ini menjadi pertimbangan bagi pelaku pasar ritel di Indonesia.
“Pedagang juga tahu itu, jadi tampaknya teman-teman di ritel itu memperhitungkan faktor-faktor tadi. Itu lah sebabnya ke depan saya kira dalam usaha untuk menstabilkan pangan, khususnya beras harus lebih punya lagi kemampuan di ritel ya,” kata Bayu.
Baca juga:
Karena itu, Bayu mengatakan, ke depan stabilisasi harga beras akan digenjot melalui ritel.
Bayu meyakini cara tersebut bisa menjadi cara mengintervensi harga beras di pasaran selain bantuan pangan beras.
“Pemerintah juga punya instrumen untuk melakukan intervensi di ritel ya. Jadi kita amankan harga petani jangan sampai mereka menjadi merugi, tapi pada saat yang sama punya intervensi yang non bantuan pangan. Karena bantuan pangan itu adalah untuk kelompok masyarakat yang relatif berpendapatan rendah,” katanya.