DBD di Kota Bogor Tembus 1.749 Kasus, Korban Meninggal Capai 11 Orang

BOGOR - Sepanjang 2024 laporan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bogor melonjak tajam. Terdapat lebih dari 1.700 laporan kasus tercatat hingga akhir April 2024 ini.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno mengungkapkan, berdasarkan data yang mereka peroleh terdapat 1749 laporan kasus DBD sejak Januari hingga 26 April 2024. Sebanyak 11 orang di antaranya meninggal dunia.

Jika dibandingkan dengan data 3 tahun sebelumnya, peningkatan angka kasus DBD tahun 2024 ini sangatlah signifikan. Sepanjang tahun 2023 lalu kasus DBD hanya sebanyak 1474 kasus (9 meninggal dunia).

Sementara pada tahun 2022 sebanyak 1531 kasus (9 meninggal dunia) dan di tahun 2021 sebanyak 526 kasus saja (7 meninggal dunia).

“Sebaran kasus DBD tahun 2024 berdasarkan usia di Kota Bogor paling banyak pada usia 5-14 tahun sebanyak 553 kasus dan sebaran kasus kematian karena DBD Tahun 2024 berdasarkan usia yaitu pada usia 5-14 tahun sebanyak 4 orang,” beber Retno., Minggu 28 April

Terdapat 5 kelurahan dengan peningkatan kasus DBD yang cukup signifikan yaitu Kelurahan Kedung Badak sebanyak 40 kasus, Kelurahan Gang Kelor sebanyak 25 kasus, Kelurahan Mekarwangi sebanyak 24 kasus, Kelurahan Kayu Manis sebanyak 22 kasus, dan Kelurahan Sindang Barang sebanyak 20 kasus.

Retno menyebut pihaknya sudah melakukan sejumlah upaya untuk menangani fenomena meningkatnya kasus DBD ini. Misalnya dengan melaksanakan kegiatan Gerakan Serentak (GERTAK) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di 68 Kelurahan pada 25 Februari 2024 lalu.

“Kegiatan Gertak PSN dilakukan secara terus menerus didukung oleh para stakeholder di wilayah. Gertak PSN juga dilakukan pada 235 sekolah se-Kota Bogor bersama Forkopimda pada 1 April 2024,” terangnya.

Peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti juga dilakukan Dinkes Kota Bogor lewat Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J). Dalam program ini kegiatan PSN dilakukan secara mandiri sebanyak sepekan sekali.

Pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti juga dilakukan secara kimiawi dengan melakukan kegiatan fogging focus atas indikasi, secara biologis dengan Biolarvasida (Bakteri Pemakan Jentik), dan secara fisika dengan PSN Aedes aegypti.

“Kami pun meningkatkan kecepatan diagnosis DBD dengan menggunakan NS-1 yang didistribusikan ke Puskesmas. Kemudian, penatalaksanaan penderita secara adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mencegah kematian. Serta penguatan sistem surveilans untuk deteksi dini, pencegahan dan pengendalian kasus serta KLB DBD,” beber Retno.

Dirinya mengimbau masyarakat untuk menggalakkan perilaku 3M Plus dalam penanganan lonjakan kasus DBD ini.

Perilaku yang perlu dilakukan antara lain menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat tempat penampungan air, dan mendaur ulang atau memanfaatkan barang-barang yang dapat menampung air hujan.

Untuk mencegah gigitan dan pengembangbiakan nyamuk Retno menyarankan masyarakat untuk memelihara ikan, menanam tanaman pengusir nyamuk, tidur dengan kelambu, memasang kasa di ventilasi.

Selain itu masyarakat pun dianjurkan menggunakan lotion anti nyamuk, tidak menggantung pamaiam, memasang perangkat nyamuk, dan larvasidasi di tempat yang sulit ditutup.