Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Optimalkan Penetrasi Pasar Gas Alam Cair

JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menjalankan inisiatif untuk mengoptimalkan produk gas alam cair (LNG).

Selain dalam rangka memenuhi kebutuhan industri di tengah terus menurunnya produksi gas bumi, penetrasi produk energi masa depan ini juga menjadi bagian dari strategi untuk tetap tangguh menghadapi risiko geopolitik global yang sedang terjadi.

"Ada satu inisiatif yang saat ini sedang PGN dorong yaitu melakukan penetrasi pasar dengan LNG. Tentu ini perlu menjadi pertimbangan industri apabila ada kebutuhan industri yang tidak terpenuhi melalui gas pipa," ujar Direktur Strategi & Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari dalam keterangannya kepada media, Jumat, 26 April.

Menurutnya, hal ini bentuk antisipasi atas tantangan natural decline atau penurunan produksi alami gas bumi yang terjadi, dan sebagai bagian dari komitmen PGN sebagai energy provider untuk tetap membantu pemenuhan kebutuhan energi para pelanggan, terutama dalam hal ini adalah sektor industri. Sehingga diharapkan bisa tetap tumbuh di tengah dinamika yang terjadi saat ini.

Hal ini sejalan dengan informasi dari Kementerian ESDM pada Maret 2024 yang mengumumkan bahwa cadangan gas bumi Indonesia lebih banyak dari pada cadangan minyak namun produksi gas Indonesia diperkirakan akan menurun dalam beberapa tahun mendatang disebabkan oleh penurunan alami sumur-sumur gas eksisting.

Dari kegiatan hearing yang dilakukan PGN, Rosa menilai bahwa banyak pelaku di sektor industri telah memahami situasi ini dan menyadari bahwa LNG selain memiliki keunggulan dari sisi keamanan juga tetap menawarkan biaya yang lebih kompetitif dibandingkan bahan bakar fosil lainnya sehingga merupakan solusi yang tepat untuk membuat Industri tetap bertumbuh di situasi dimana terjadinya natural decline dan menghadapi tantangan dinamika geopolitik.

Di banyak negara, lanjut dia, LNG telah digunakan sebagai alternatif energi yang memainkan peran penting terhadap sektor industri dan berdampak positif kepada negara. Melalui pengelolaan dan optimalisasi yang tepat, LNG juga menjadi sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mendukung menuju Target Net Zero Emission di tahun 2060.

Melihat signifikannya peran LNG, Rosa menjelaskan, penting juga bagi Indonesia untuk memiliki fasilitas perdagangan LNG baik ekspor maupun impor. Antisipasi impor tetap diperlukan seandainya ketersediaan LNG domestik tidak mencukupi kebutuhan.

Maka PGN juga bersiap dengan membentuk entitas tertentu yang akan menjalankan perdagangan LNG lintas negara.

”Kami juga perlu membangun infrastruktur Hub, yang direncanakan di beberapa titik, salah satunya ada di Lamong, Jawa Timur. Kemudian juga ada di Aceh, di Arun, dan yang terakhir ada di Bontang,” kata Rosa.

Pihaknya mengingatkan bahwa penting untuk melakukan perencanaan serta menjalankan kebijakan energi yang relevan dengan situasi sehingga turut menjaga kekuatan perekonomian negara.

”Dengan kondisi geopolitik yang terjadi hari ini kemudian adanya beberapa kebijakan energi maka kita perlu melakukan perencanaan yang baik melibatkan tidak hanya PGN tapi juga regulator," sambung Rosa.

PGN sendiri telah menyiapkan rencana jangka panjang untuk 5 sampai 10 tahun mendatang terkait rencana jangka panjang infrastruktur yang akan dibangun sebagai penguatan komitmen memenuhi kebutuhan energi kepada pelanggan.

”Sehingga kita harapkan logistic price atau biaya infrastruktur untuk menyediakan energi lebih kompetitif itu akan tercapai,” pungkas Rosa.