Eksklusif, Mentan Amran Sulaiman Optimis Bisa Swasembada Beras Lagi dalam Tiga Tahun
Sejarah swasembada pangan yang pernah terjadi bukan mustahil untuk diwujudkan. Begitulah yang dikemukakan Menteri Pertanian Republik Indonesia Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP. Dengan kerja sama antara semua sektor dan petani di garda depan, dalam waktu tiga tahun swasembada pangan seperti beras bisa diwujudkan.
***
Bicara soal swasembada beras, Indoensia pernah mengalami di era Presiden Soeharto tahun 1984. Dari negara pengimpor beras terbesar Indonesia berbalik menjadi negara pengekspor beras. Karena keberhasilan itu, Presiden Soeharto diundang khusus oleh Direktur Jenderal Food and Agriculture Organization (FAO), Edward Saouma untuk hadir dalam Forum Dunia pada tanggal 14 November 1985 di Roma, Italia untuk menceritakan keberhasilan swasembada.
Amran Sulaiman yakin dengan kerja sama semua sektor swasembada bisa direalisasikan lagi. "Kita pernah capai swasembada, jadi tidak sulit untuk mencapainya kembali. Estimasi saya paling lama tiga tahun kita bisa swasembada kembali. Kita justru pikirkan untuk ekspor kelebihan yang ada," ujarnya. Menurut Amran, salah satu kunci untuk terwujudnya swasembada beras adalah dengan ekstensifikasi dan pembukaan lahan rawa menjadi sawah. "Kuncinya ada pada pengoptimalan lahan rawa untuk penanaman padi. Setiap tahun kita kelola satu juta hektar lahan rawa untuk tanam padi, kita sudah bisa swasembada beras. Setelah itu kita bisa ekspor," jelasnya.
Untuk mewujudkan rencana besar ini tidak bisa dilakukan oleh Kementan saja, semua pihak harus dilibatkan dan petani sebagai unjung tombaknya. Setiap tahun, menurut Amran Sulaiman, dibutuhkan 34 juta ton kebutuhan nasional. "Kalau mau swasembada, konsepnya paling mudah, beri sarana produksi pada petani, lalu jamin harganya yang menguntungkan petani artinya berapa pun hasil panen bisa diserap. Kalau konsep ini berjalan baik, pasti swasembada dan berkesinambungan," katanya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, dan Irfan Medianto dari VOI yang menyambanginya di kantor Kementan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, belum lama berselang. Inilah petikannya.
Dulu Indonesia negara agraris, belakangan mulai bergeser, lahan pertanian berubah menjadi hunian, pabrik, dll., apa yang dilakukan pemerintah untuk mempertahankan lahan pertanian agar tak tergusur?
Lahan pertanian memang harus kita pertahankan, karena ini sangat vital. Bung Karno pernah mengatakan, “mati hidupnya suatu bangsa tergantung dari pangan, kalau pangan tidak ada maka negara tidak ada.” Peradaban tidak ada tanpa pangan. Jadi pangan itu sangat vital. Kami sangat memperhatikan agar alih fungsi lahan tidak terjadi. Kedua, kita melakukan ekstensifikasi, banyak lahan yang bisa dibuka menjadi lahan pertanian. Yang potensial untuk dibuka menjadi lahan pertanian adalah rawa-rawa yang tersebar di seluruh Indonesia, jumlahnya sekitar 10 juta hektar. Ada juga intensifikasi, 500 hektar lahan rawa yang sudah bisa panen satu kali, akan ditingkatkan menjadi panen tiga kali dalam setahun. Gubernur dan Bupati yang sudah mengeluarkan perda agar tidak terjadi alih fungsi lahan pertanian.
Di beberapa daerah lumbung padi ada yang banjir seperti Kendal, Demak, Karawang, dll., apa solusi untuk masalah ini agar sawah bisa tetap berproduksi?
Kami bekerja sama dengan Kementerian PU untuk melakukan normalisasi sungai seperti daerah Demak yang dilanda banjir belakangan ini. Untuk petani ada asuransi pertanian, saat gagal panen karena berbagai sebab seperti banjir, kekeringan, atau sebab lainnya, petani akan mendapat penggantian. Untuk daerah terdampak banjir seperti yang terjadi kemarin di Grobogan, Demak, Kendal, ada benih gratis dan alat pertanian. Ada yang menarik saat kami tinjau, sebuah wilayah yang hampir panen di Kendal, kami berikan alat panen cepat; combine harvester, alhamdulillah terselamatkan.
Kementan juga melakukan pompanisasi, seperti apa pelaksanaannya?
Perubahan iklim membuat cuaca tidak menentu. Indonesia juga terdampak dengan adanya El Nino. Akibat El Nino yang terjadi, penurunan produksi padi kita hingga 26%. Salah satu solusinya adalah pompanisasi, misalnya sungai Bengawan Solo kita pompa dan alirkan airnya ke areal persawahan yang membutuhkan. Ada juga Sungai Brantas, Musi, dll., yang sawahnya sudah siap akan dilakukan pemompaan. Sekarang ada 500.000 hektar lahan yang siap tanam kita tanami. Lalu pupuk juga mendapat perhatian dari presiden. Pengadaan pupuk meningkat dua kali lipat dari 4,5 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Ini kabar gembira untuk petani. Anggaran tambahan untuk pompanisasi dan pertanian sebesar Rp5,8 triliun diberikan untuk masyarakat.
Kita pernah swasembada beras di era Soeharto, tapi sekarang sebaliknya menjadi negara pengimpor beras terbesar, bisakah kita swasembada lagi?
Kita pernah capai swasembada, jadi tidak sulit untuk mencapainya kembali. Estimasi saya paling lama tiga tahun kita bisa swasembada kembali. Saat periode pertama jadi Mentan saya tiga kali swasembada sempurna. Kita justru pikirkan untuk ekspor kelebihan yang ada.
Kuncinya ada pada pengoptimalan lahan rawa untuk penanaman padi. Setiap tahun kita kelola satu juta hektar lahan rawa untuk tanam padi, kita sudah bisa swasembada beras. Tiga tahun berturut-turut setelah itu kita bisa ekspor.
Komoditas pertanian apa lagi yang potensial untuk swasembada?
Selain beras, ada jagung, bawang merah kita juga sampai sekarang swasembada. Kita juga pernah ekspor ayam pedaging. Jadi ada banyak komoditas yang bisa ditingkatkan produksinya. Jadi harus ada kebijakan yang berpihak pada sektor pertanian.
Beberapa bulan belakangan kita impor beras, kurang dan kurang terus mengapa bisa begitu?
Ada tiga faktor yang mempengaruhi. Pertama, pupuk yang berkurang 50% karena bahan baku pupuk naik. Ada 20% petani yang tak bisa menggunakan kartu tani, akhirnya solusinya menggunakan KTP. Ketiga; El Nino melanda. Dulu kita sempat terkena juga namun persiapan lebih baik. Tapi tahun ini persiapan kita tidak sebaik menghadapi El Nino sebelumnya.
Sebenarnya berapa besar kebutuhan beras untuk konsumsi penduduk Indonesia dan berapa untuk industri?
Kebutuhan dan cadangan kita membutuhkan 34 juta ton. Sekarang produksi kita 31 juta ton, sisanya ditutupi dengan impor.
Jadi harus dipikirkan agar tidak ketergantungan impor beras?
Ya, kita sudah tiga kali swasembada, kita bisa mencapai itu dengan kerja keras bersama. Itu bukan sesuatu yang sulit dan selanjutnya bagaimana kita pikirkan ekspor dan kita menjadi lumbung padi.
Bagaimana mengubah petani kita yang masih bertani secara tradisional menjadi modern?
Ini yang menarik, kalau kita ingin berkompetisi dengan negara lain model bertani kita harus diubah dari tradisional menuju modern. Dulu kita menanam, memupuk, dan membajak, dengan cara konvensional. Dan itu menggunakan banyak tenaga. Dengan menggunakan alat combine harvester cukup dengan seorang. Jadi banyak tenaga yang bisa diirit. Kalau mau efisien harus menggunakan teknologi pertanian, jadi pertanian harus bertransformasi. Keuntungannya produksi bisa meningkat dua kali lipat. Karena lebih cepat tanam, cepat panen, dan sebagainya. Dengan cara tradisional tingkat loss-nya bisa 10% sampai 20%. Karena usia tanaman yang tak seragam, ada yang sudah masak ada yang belum. Kalau menggunakan mesin beda usianya cuma beberapa jam.
Petani kita sudah siap belum dengan pertanian modern?
Sebagian sudah menerapkan pertanian modern. Kita harus mengejar Jepang dan negara lain yang sudah menggunakan teknologi modern, efisiensi biaya, dan hasilnya meningkat. Dan dengan modernisasi dalam pertanian ini kaum milenial mau terlibat; karena menguntungkan dan ada penggunaan teknologi. Jadi bonus demografi bisa kita manfaatkan untuk sektor pertanian.
Kami akan membangun kawasan pertanian seluas 200.000 hektar, semua menggunakan teknologi. Lewat proyek ini kita akan menyejajarkan diri dengan pertanian di Jepang dan Korea. Kalau ini berhasil akan kita replikasi untuk seluruh Indonesia.
Dengan penggunaan teknologi dalam bidang pertanian, tenaga kerja yang ada akan berkurang, disalurkan ke mana mereka?
Inilah yang harus bertransformasi, mereka bekerja di pembibitan, bengkel, RMU (Rice Milling Unit), peternakan, holtikultura, dan sebagainya. Jadi tenaga mereka bisa dialihkan ke sektor lain yang masih ada keterkaitan dengan sektor pertanian. Jadi pemuda dan anak bangsa ikut produktif terlibat dalam bidang pertanian modern. Pilot proyeknya ada di Sumsel dan Kalimantan Tengah.
Baca juga:
- Mentan Amran: Jawa Timur Jadi Penerima Jumlah Terbesar Pupuk Subisidi di 2024
- Bertambahnya Pupuk Subsidi Jadi 9,5 Juta Ton Diharapkan Mampu Wujudkan Swasembada Pangan
- Kementan Maksimalkan Modernisasi Irigasi untuk Swasembada Pangan
- PTPP Tuntaskan Pembangunan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sistem Irigasi Gumbasa Paket 3, Diresmikan oleh Presiden Jokowi
Selain dua daerah itu, daerah mana lagi yang akan diaplikasikan konsep ini?
Ada beberapa provinsi yang akan menerapkan konsep ini antara lain: Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Barat, dan Aceh.
Apa solusi untuk panen raya, agar hasil panen bisa diserap dan harga tidak jatuh, petani kita tetap untung?
Indonesia harus punya cold storage (gudang dengan pendingin suhu tertentu) yang bisa menyimpan hasil panen petani. Ketika panen raya, pemerintah membeli semua hasil panen petani. Saat tidak panen, komoditas ini bisa dilepas ke pasar berangsur-angsur. Jadi panen bisa diserap dan harga bisa terjaga, tidak terjadi fluktuasi harga yang tajam, yang merugikan petani. Cold storage ini tidak hanya berfungsi sebagai gudang, namun juga sebagai stabilitator harga pangan; kalau ada kelebihan, bisa diekspor.
Kalau mau swasembada, konsepnya paling mudah, beri sarana produksi pada petani, lalu jamin harganya yang menguntungkan petani artinya berapa pun hasil panen bisa diserap. Kalau konsep ini berjalan baik, pasti swasembada dan berkesinambungan. Petani tersenyum, konsumen bahagia karena tak ada gejolak harga pangan.
Untuk wilayah Indonesia, estimasi Anda membutuhkan berapa banyak cold storage?
Setidaknya perlu dibangun di lima titik dahulu: Sumatera Utara, Lampung, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Sisanya bisa dibangun menyusul sesuai dengan kebutuhan. Negara lain seperti Uni Emirat Arab sudah membangun cold storage seperti ini. Kita ini cuma menghadapi dua musim: hujan dan kemarau. Negara lain di belahan bumi utara mereka tantangannya jauh lebih berat karena harus menghadapi 4 musim sepanjang tahun.
Seberapa besar potensi urban farming, hidroponik, dll., bagaimana Kementan menggalakkannya?
Kita menyarankan kepada masyarakat untuk melakukan tanam lestari di sekitar rumah. Misalnya, menanam pohon cabe 10 batang apakah di pot atau hidroponik di pekarangan rumah; ini kalau bisa tumbuh, besar, dan berbuah, sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Tak hanya cabe, kebutuhan rumah tangga yang lain juga bisa diupayakan dengan menanam sayuran, memelihara ikan, dan beternak unggas skala rumahan. Kalau ini berhasil, sudah bisa mengurangi biaya belanja rumah tangga, lumayan bisa membantu suami. Dan satu lagi, ini sehat sekali hasilnya.
Anda sempat mengeluarkan pendapat, jangan ganggu kami dalam melaksanakan program di Kementan, maksudnya apa dan siapa yang akan mengganggu itu?
Jadi ada orang yang punya kepentingan pribadi bilamana terjadi impor komoditas pangan. Silahkan saja mencari untung dari proses ini, tapi jangan sampai mengganggu program Kementan untuk melaksanakan program seperti swasembada komoditas tertentu. Perlu diingat impor itu sama saja kita menghidupi petani dari negara lain. Mengapa tidak petani Indonesia yang kita sejahterakan. Semua pihak saya serukan ayo kita bangun bersama sektor pertanian ini, menteri dan jajarannya tidak bisa kerja sendirian. Semua harus bergandengan tangan, termasuk wartawan. Seperti yang kita lakukan hari ini, mari kita tumbuh dan berkembang bersama. Ada generasi muda/milenial yang akan melanjutkan perjuangan kita ke depan.
Bagaimana Anda melihat program food estate yang selama ini ada pro dan kontra? Apakah masih layak untuk dilanjutkan?
Program ini menurut saya harus dilanjutkan. Pak Presiden dan Pak Prabowo itu visioner. Jumlah penduduk semakin bertambah, solusinya adalah pertanian moderen skala besar. Food estate itu bukan hari ini tanam besok tumbuh, ya butuh proses dan waktu. Dan hasilnya sudah bisa disaksikan. Jadi kritikan soal food estate ini tidak bisa dijawab dengan retorika, harus dijawab dengan kerja dan hasil yang nyata. Jadi yang suka mengganggu, saya imbau tolong bersabar. Jangan hanya bisa mengganggu. Sektor pangan ini penting dan strategis, tolong jangan diganggu. Kalau mau sukses harus bekerja keras, kalau selalu mengeluh pasti gagal.
Amran Sulaiman, Semua Demi Merah-Putih
Kecintaan Menteri Pertanian Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP., pada negara Indonesia tercinta tiada duanya. Ia korbankan perusahaan demi menjalankan tugas sebagai pembantu Presiden Jokowi. Setelah menjabat sebagai Mentan periode pertama (27 Oktober 2014 - 20 Oktober 2019), sejak 25 Oktober 2023 dia kembali menduduki jabatan yang sama.
Sejatinya tak menjabat sebagai menteri pun kesibukannya tak sedikit. Namun karena mendapat kepercayaan dari Presiden Jokowi, ia rela fokus dan menghentikan aktivitas di tempat lain, termasuk menghentikan operasional perusahaannya. Dia takut terjadi konflik kepentingan saat bertugas sebagai pembantu presiden. “Daripada jadi fitnah dan pembicaraan, lebih baik saya tutup perusahaan. Saya sepenuhnya bertugas untuk merah putih saat menerima tugas sebagai Menteri Pertanian,” kata pria kelahiran Bone, Sulsel, 27 April 1968 ini.
Motivasi utamanya menerima tugas dari Presiden Jokowi adalah untuk negara dan bangsa. “Motivasi awal saya untuk merah-putih. Sebenarnya saya tidak jadi menteri pun masih bisa mengabdi untuk negara. Namun karena ini panggilan dari Pak Presiden saya siap. Saya datang karena Allah untuk merah putih,” katanya.
“Ayo kita semua bergandengan tangan untuk merah putih. Semua berbuat lewat bidangnya masing-masing untuk memperbaiki bangsa ini,” lanjut Amran yang dikaruniai empat anak dari pernikahannya dengan Ir. Hj. Martati.
Karena kecintaannya pada negara, Amran tak mengambil gajinya sebagai menteri dan juga honor atas perjalanan dinas ke luar kota saat ia bertugas sebagai menteri. “Insya Allah saya tidak mengambil gaji saya. Ada banyak anak yatim di sini, anak-anak pegawai Kementerian Pertanian. Mereka mau sekolah, saya bilang serahkan kepada mereka gaji saya sebagai menteri. Saya sangat mensyukuri apa yang sudah Allah berikan selama ini. Saya sudah mendapat tempat yang terhormat seperti sekarang. Jadi kita tidak boleh serakah,” ungkap Amran.
Dia berharap pengabdian sebagai menteri, melanjutkan menteri sebelumnya Syahrul Yasin Limpo, di ujung masa kepemimpinan Presiden Jokowi bisa menghasilkan sesuatu meski waktu yang ada amat terbatas. “Semoga apa yang saya lakukan, dan semua jajaran Kementan serta pihak-pihak terkait bisa bermanfaat untuk negeri ini,” katanya.
Menyejahterahkan Petani
Bagi Amran Sulaiman, apa yang dilakukannya sebagai menteri diniatkan untuk Allah SWT. “Apa yang kita perbuat di dunia ini akan kita dapat ganti di kehidupan berikutnya. Soalnya kehidupan kita di dunia ini ada akhirnya, akan berkesinambungan di akhirat. Tabungan yang sesungguhnya adalah amal jariyah yang kita perbuat. Jadi bekerjalah dengan kalbu,” kata Amran yang menyelesaikan S1 Pertanian di Unhas, dan S2 serta S3 di kampus yang sama.
Dia sadar tak semua orang senang dengan konsep yang ia lakoni. “Saya datang dengan misi besar untuk menyejahterahkan petani sesuai dengan kemampuan yang ada,” lanjutnya.
Meski baru beberapa bulan menjabat, ia sudah melihat apa yang dicita-citakannya mulai terwujud. “Alhamdulillah, anggaran pupuk sudah dinaikkan dua kali lipat. Ada bantuan benih padi dan jagung untuk 4 juta hektar. Semua ini diberikan gratis untuk petani Indonesia,” ungkapnya.
Sebagai seorang pejabat, diakui Amran ada saja godaan yang datang. Namun ia harus tetap teguh sesuai dengan niat awalnya menerima tugas sebagai seorang menteri. “Godaan pasti ada. Sebelum menjabat, kepada keluarga dan sahabat saya katakan izinkan saya berjihad untuk negara. Saya minta jangan diganggu. Saya kasih pengertian untuk tidak bermain-main di sektor pertanian,” katanya.
Seiring dengan tugasnya sebagai menteri, Amran baru melantik Komjen Pol. Setyo Budiyanto sebagai Inspektur Jenderal yang sebelumnya bertugas di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia berharap jalannya akan seirama dengan Irjen yang baru dan juga pejabat lainnya di Kementan.
Tutup Tiran
Sebagai seorang profesional, Amran memiliki perusahaan yang memproduksi racun tikus dengan merek Tiran (Tikus diracun Amran). Padahal perusahaan ini bagus dan menguntungkan. Namun karena ia bertugas sebagai menteri, perusahaan ini ditutup. “Pabrik racun tikus saya berhenti beroperasi. Saya tidak ingin ada fitnah,” ungkap pria yang memiliki paten racun tikus Tiran.
Karena pilihannya mengabdi untuk merah putih, Amran harus rela menutup usahanya sendiri. “Padahal itu perusahaan saya yang paling bagus. Saya harus legowo ditutup. Dulu nenek kita berjuang menyerahkan nyawa untuk merah putih, masa kita tak bisa menyerahkan perusahaan untuk negara yang dicintai?” katanya.
Amran bersyukur dengan apa yang diraihnya kini. “Saya dulu miskin sekali selama 36 tahun. Kalau ke Jakarta tidurnya di masjid. Sekarang alhamdulillah sedikit lebih baik,” kata peraih Satyalancana Pembangunan bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden RI 2007.
Tips sukses, kata Amran, harus punya mimpi besar. “Kalau sudah punya mimpi besar, harus ada tindakan. Harus berani memulai dan konsisten. Kalau sudah terbiasa kerja keras dan kerja ikhlas, sukses sudah di depan mata,” tegasnya.
Banyak orang yang tidak berhasil, lanjut Amran, karena kurang sabar. “Cobaan untuk sukses itu memang berat, harus sabar dan ulet agar kesuksesan bisa diraih,” lanjutnya. “Sukses tidak mengenal kata mengeluh dan kata gagal,” ujar penerima Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden RI, 2020.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya agar mendapat ridha dari Allah SWT harus memuliakan orang tua. “Penting sekali untuk memuliakan ibumu, ibumu, dan ibumu, dan juga ayahmu,” pungkas Amran Sulaiman.
"Kalau mau swasembada, konsepnya paling mudah, beri sarana produksi pada petani, lalu jamin harganya yang menguntungkan petani, artinya berapa pun hasil panen bisa diserap. Kalau konsep ini berjalan baik, pasti swasembada dan berkesinambungan,"