Dampak Psikologis Flexing Crazy Rich yang Kian Menjamur di Medsos

JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial diramaikan dengan konten yang memamerkan gaya hidup mewah. Konten tersebut dibagikan sederet crazy rich muda melalui sejumlah platform media sosial seperti Instagram, YouTube, maupun TikTok.

Sebutan crazy rich pertama kali ditemukan dari judul novel Crazy Rich Asian karya Kevin Kwan yang dirilis pada 2013. Novel tersebut kemudian diadaptasi menjadi film layar lebar dengan judul sama pada 2018. Ceritanya sederhana, menampilkan kisah cinta sepasang kekasih dengan dua status sosial yang berbeda.

Crazy Rich Asians, film yang dirilis pada 2018 ini membuat istilah crazy rich menjadi sangat populer. (Istimewa)

Si perempuan dengan nama peran Rachel Chu berpacaran dengan seorang pemuda keluarga konglomerat Singapura, Nick Young. Dlam film digambarkan bagaimana keluarga Nick Young hidup mewah dengan kekayaan yang tak ada habisnya.

Sejak saat itu, istilah crazy rich jadi lazim digunakan untuk menggambarkan orang-orang super kaya di Indonesia.

Kekayaan Minimal Rp432 Miliar

Menurut Head of Research Knight Frank Asia Pacific Christine Li, syarat untuk masuk kategori crazy rich atau Ultra High Net Worth Individuals (UHNWIs) harus memiliki kekayaan lebih dari 30 juta dolar AS atau setara Rp432 miliar.

Meski masih termasuk negara berkembang, nyatanya di Indonesia orang yang memiliki kekayaan melimpah atau dikenal dengan sebutan crazy rich. Pada April 2023, diketahui tiga orang Indonesia membeli tiga unit rumah mewah di Singapura. Total harga rumahnya mencapai 206,7 juta dolar Singapura atau sekitar Rp2,3 triliun.

Kabar tersebut disampaikan Mingtiandi, perusahaan riset bidang real estate yang berkantor pusat di China.

Menurut laporan Global Wealth Databook dari Credit Suisse, populasi orang super kaya di Indonesia memang tak terlau banyak. Pada 2021, hanya sekitar 191 ribu orang atau 0,1 persen penduduk dewasa yang memiliki kekayaan di atas 1 juta dolar Singapura atau lebih dari Rp15 miliar.

Makin ke sini, kalangan crazy rich tidak hanya diisi oleh pengusaha-pengusaha lama atau yang sering kita sebut old money.

Sederet nama mulai dari artis papan atas sampai politisi juga mendapat label crazy rich. Sebut saja artis Raffi Ahmad, selebgram asal Bali Maharani Kemala, politisi Partai Nasdem Ahmad Sahroni, Rudi Salim, Gilang Widya Pramana atau Juragan 99, hingga Doni Salmanan dan Indra Kesuma termasuk tujuh crazy rich di Indonesia.

Namun, Indra Kenz dan Doni Salmanan harus mengakhiri ritual flexing mereka setelah keduanya menjadi tersangka dugaan penipuan investasi pada 2022 silam. Indra tersangka kasus dugaan penipuan investasi binary option melalui aplikasi Binomo, sementara Doni ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penipuan investasi binary option melalui aplikasi Quotex.

Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Beberapa di antara mereka termasuk gemar mengunggah kehidupan hedon di media sosial. Liburan mewah ke luar negeri, memiliki barang-barang branded, hingga kendaraan super mewah adalah hal yang bisa diunggah di medsos.

Konten flexing yang diunggah ke media sosial cukup menyita perhatian masyarakat. Psikolog Grace Sutrisnadipraja mengatakan, konten yang berisi kemewahan dari para crazy rich tetap digemari karena tingginya rasa penasaran publik.

“Ada beberapa hal yang dijadikan konten itu menarik, sehingga bikin penasaran publik karena yang ditampilkan bukan hal umum yang banyak ditemui sehari-hari,” kata Grace kepada VOI.

“Selain itu, melihat konten-konten ini juga bisa dianggap sebagai coping stress, ketika melihat konten seperti itu di medsos jadi seperti lari dari kenyataan,” imbuhnya.

Konten crazy rich yang kerap menunjukkan kemewahan disebut sejumlah pakar memiliki dampak negatif. Budaya pamer di media sosial dapat mendorong pelaku flexing berperilaku konsumtif, karena orang tersebut harus terus-menerus menggunakan uang untuk membeli barang mewah demi menuruti gengsi dan validasi. Padahal, belum tentu barang tersebut berguna atau sesuai dengan kebutuhan.

Gilang Widya Pramana termasuk salah satu crazy rich muda di Indonesia. (Instagram/@juaragan99)

Tidak hanya berdampak negatif pada si tukang pamer, gaya hidup mewah juga dapat memengaruhi penonton.

“Pada penonton akan muncul perasaan inferior atau tidak berdaya. Ia juga akan merasa hidupnya menyedihkan dan menganggap orang lain lebih sukses. Sehingga muncul emosi negatif yang membuat diri tidak nyaman, bikin stres, dan rendah diri,” Grace menjelaskan.

Selain perasaan inferior, konten crazy rich yang kerap pamer kehidupan mewah juga memunculkan perasaan iri bahkan memberi dorongan untuk berkomentar negatif di media sosial.

“Dampak negatif lainnya adalah menimbulkan perasaan iri, tidak nyaman, sehingga memunculkan dorongan untuk berkomentar dengan kata-kata negatif yang bisa menyakitkan pembuat konten,” tuturnya.

Kendati demikian, di sisi lain Grace menilai tidak semua unggahan crazy rich menampilkan dampak negatif. Konten bagaimana mereka berbagi kepada sesama bisa justru memberikan dampak positif berupa motivasi agar bisa mengejar kesuksesan mereka.

Indra Kesuma atau yang dikenal Indra Kenz kerap mengunggah kehidupan mewah sebelum ditangkap karena kasus penipuan investasi. (Instagram/@indrakenz)

Dalam ilmu psikologi hal ini disebut dengan teori social comparison atau membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

“Dengan konten tersebut, dapat memotivasi untuk mengembangkan diri, bagaimana supaya bisa sama dengan isi konten tersebut. Selain itu, konten positif juga bisa menjadi inspirasi untuk bekerja keras demi mencapai hal tersebut. Intinya, ini bisa menjadi motivasi untuk memperbaiki diri,” ucap Grace.

Dalam kesempatan yang sama, Grace juga memperingatkan ketika seseorang mengalami ketidaknyamanan karena membandingkan diri sendiri, sebaiknya mengurangi penggunaan media sosial.

Ia bahkan menyarankan untuk berkonsultasi ke psikolog atau konselor ketika muncul perasaan tidak nyaman saat melihat kehidupan crazy rich.

“Karena social comparison tadi, bisa muncul ketidaknyamanan psikologis dan kalau diteruskan bisa berbahaya,” tuturnya.

“Jika dibiarkan secara terus menerus, efek negatif secara signifikan dapat mengganggu kesehatan mental,” kata Grace menyudahi.