Istri Mendiang Pemimpin Oposisi Rusia Navalny: Putin Bukan Presiden Kami
JAKARTA - Istri mendiang pemimpin oposisi Rusia Yulia Navalnaya mengatakan, Vladimir Putin bukanlah presiden sah Rusia dengan ia akan berusaha meyakinkan para pemimpin dunia untuk tidak duduk bernegosiasi dengannya.
Dalam pesan video, Navalnaya, istri mendiang Alexei Navalny, memuji partisipasi ribuan orang di seluruh Rusia dan luar negeri dalam protes siang hari pada hari Minggu terhadap pemerintahan Putin.
"Kami telah membuktikan kepada diri kami sendiri dan orang lain bahwa Putin bukanlah presiden kami," kata Navalnaya dalam klip yang diunggah ke saluran YouTube mendiang suaminya, melansir Reuters 20 Maret.
"Hasil pemilu tidak menjadi masalah. Kami akan memastikan bahwa tidak ada seorang pun di dunia yang mengakui Putin sebagai presiden yang sah. Tidak ada seorang pun yang duduk bersamanya di meja perundingan," tandasnya
Tidak jelas di mana klip itu diambil. Navalnaya sendiri ikut serta dalam aksi protes Hari Minggu dari Berlin.
Petahana Vladimir Putin memenangkan 87,3 persen suara dan masa jabatan enam tahun baru pada Hari Minggu, dalam Pemilu yang menurut Barat tidak bebas dan tidak adil, sementara Tiongkok, India dan sejumlah negara lain mengucapkan selamat atas kemenangannya.
Namun, Kremlin mengatakan hasil Pemilu menunjukkan mayoritas warga Rusia telah melakukan konsolidasi terhadap dirinya.
Navalnaya mengatakan harapannya untuk "masa depan Rusia yang indah", ungkapan suaminya, diperkuat oleh pemandangan "orang-orang yang berani, bebas dan jujur" yang mengantre di tempat pemungutan suara.
"Tidak ada intimidasi atau ancaman yang berhasil. Anda lebih kuat dari mereka," katanya.
Namun, pemilu tersebut telah menegaskan dominasi Putin dalam politik Rusia. Oposisi Rusia terpecah belah dalam hal strategi dan ideologi, sementara lawan utama Putin yang masih hidup berada di penjara atau di pengasingan.
Navalnaya mengatakan kepada para pendukungnya untuk tidak putus asa dan mendesak masyarakat untuk menghabiskan 15 menit sehari untuk "melawan rezim".
"Kita membutuhkan Rusia yang damai, bebas dan bahagia. Dan kita pasti bisa mencapainya jika kita bertindak bersama. Jangan menyerah," tandasnya.
Diketahui, sesaat sebelum meninggal di koloni hukuman Arktik pada 16 Februari, Navalny mendukung gagasan warga Rusia keluar pada siang hari tanggal 17 Maret untuk memberikan suara menentang Putin, merusak surat suara mereka, atau sekadar menyatakan solidaritas mereka dengan oposisi.
Baca juga:
- Militer Israel Lanjutkan Operasi di RS Al Shifa Gaza, Siap pun yang Bergerak Jadi Sasaran Sniper
- Rekonstruksi Hampir Selesai, Masjid Jami Al Nuri di Irak yang Dihancurkan ISIS akan Dibuka Akhir Tahun
- Menlu AS: 100 Persen Penduduk Gaza Alami Kerawanan Pangan Akut
- Panglima Militer Ukraina Sebut Drone Kunci untuk Mengungguli Rusia yang Unggul Jumlah Pasukan
Yulia Navalnaya berjanji akan melanjutkan pekerjaan suaminya. Dia dan para pendukung Navalny mengatakan, Putin bertanggung jawab atas kematiannya, sebuah klaim yang dibantah oleh Kremlin.
Sementara itu, Presiden Putin mengatakan pada Hari Minggu, dia telah memberikan persetujuannya beberapa hari sebelum kematian Navalny, untuk mengizinkannya ditukar dalam pertukaran tahanan, dengan syarat dia tidak pernah kembali ke Rusia.
Ketika ditanya tentang protes siang hari tersebut, Presiden Putin mengatakan dia hanya bisa memuji apa yang menurutnya merupakan seruan oposisi kepada masyarakat untuk pergi dan memilih.