Symphonesia Lintas Era: Musik 80 Tampilkan Kualitas Musik Indonesia Yang Tak Lekang Dimakan Waktu

JAKARTA - Era 1980an Indonesia punya posisi penting dalam sejarah musik Indonesia modern. Pada masa itu bermunculan musisi-musisi terbaik dengan karya-karyanya yang masih didengarkan dan menginspirasi sampai saat ini.

Erwin Gutawa, salah satu musisi terbaik yang muncul pada era tersebut, menggelar konser bertajuk Symphonesia Lintas Era: Musik 80 yang digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada Kamis, 7 Maret.

Pertunjukan dibuka dengan menampilkan repertoar Gilang Indonesia Gemilang yang dimainkan secara penuh oleh orkestra yang dipimpin Erwin Gutawa.

Albert Fakdawer jadi penyanyi pertama yang tampil pertama malam itu. Solois 30 tahun itu membawakan lagu dari Utha Likumahuwa yang berjudul Sesaat Kau Hadir.

Selanjutnya, Candil muncul dari arah penonton dengan melantunkan lagu yang ditulis James F Sundah, Astaga. Eks personel Seurieus itu melanjutkan penampilan dengan menyanyikan lagu berjudul Memori.

Setelah penampilan energik Candil, tribute untuk January Christy yang ditunggu akhirnya dimainkan. Penyanyi muda Rahmania Astrini naik ke atas panggung dengan membawakan Aku Ini Punya Siapa dan Melayang.

“Aku Rahmania Astrini. Aku penyanyi dan penulis lagu dari Bandung. Salam kenal,” kata Rahmania, memperkenalkan diri kepada penonton.

“Senang banget hari ini dapat kesempatan yang luar biasa besarnya dari Om Erwin. Aku dikasih kesempatan untuk menjalankan tribute untuk the one and only, January Christy,” lanjutnya.

Setelah bernostalgia dengan ikon pop-jazz Indonesia, Erwin Gutawa Orchestra membawa penonton menikmati alunan musik rock khas 1980an. Candil membawakan lagu Rock Bergema dan Bento.

Pertunjukan berlanjut dengan lagu-lagu hits di tahun 1980an, seperti Kisah Kasih Di Sekolah dan Antara Anyer Dan Jakarta.

Kemudian, Erwin Gutawa menghadirkan kejutan untuk penonton yang hadir. Ia memanggil dua orang koleganya di Karimata, Aminoto Kosin dan Candra Darusman.

“Ini kejutan buat anda semua karena nggak ada di poster,” kata Erwin Gutawa.

“Ada dua member dari Karimata. Mereka ini musisi-musisi hebat, orchestrator, pencipta lagu yang hebat, tokoh musik juga sekarang. Mereka adalah Aminoto Kosin dan Candra Darusman.”

Kemudian, Aminoto Kosin dan Candra Darusman naik ke atas panggung dan disambut tepuk tangan meriah dari penonton.

“Kita akan memainkan lagu yang biasa kita mainkan dulu secara instrumentalia,” kata Erwin.

Tiga orang pahlawan jazz fusion Indonesia hadir di panggung Symphonesia Lintas Era: Musik 80. Mereka membawakan repertoar Dahaga dari album Pasti (1985).

Kemudian, pertunjukan berlanjut dengan membawakan karya-karya terbaik almarhum Chrisye di tahun 1980an, seperti Selamat Jalan Kekasih dan Kisah Cintaku.

Setelah menikmati karya-karya Chrisye, penonton diajak menikmati penampilan Vina Panduwinata. Ia membawakan lagu Cinta, Dia, Biru, dan Surat Cinta.

Pada repertoar terakhir, Vina Panduwinata, Candil, Albert Fakdawer dan Rahmania Astrini naik ke atas panggung. Mereka bergantian membawakan medley lagu Sakura, Rame-Rame, Semua Jadi Satu, dan diakhiri Ekspresi.

Penampilan malam itu bukan hanya menghadirkan kenangan masa lalu. Lebih jauh dari itu, Symphonesia Lintas Era: Musik 80 menunjukkan era terbaik musik Indonesia dengan karya dari musisi hebat yang terbukti telah melintasi generasi setelahnya.