Badan Pangan PBB Sebut Sudan Berisiko Mengalami Krisis Kelaparan Terbesar di Dunia Akibat Perang Saudara
JAKARTA - Program Pangan Perserikatan Bangsa Bangsa (WFP) menyebut perang saudara yang pecah di Sudan berpotensi menyebabkan krisis kelaparan terbesar di dunia.
Krisis di Sudan pecah pada Bulan April tahun lalu, ketika bentrokan dimulai di ibu kota Khartoum antara militer, yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan, dan kelompok paramiliter yang dikenal sebagai Rapid Support Forces pimpinan Jenderal Mohammed Dagalo.
RSF dan tentara dituduh melakukan penembakan tanpa pandang bulu terhadap kawasan pemukiman, menyerang warga sipil, dan menghalangi serta menyita bantuan penting.
Ribuan orang telah terbunuh dan lebih dari delapan juta orang mengungsi, selain dua juta orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka sebelum konflik, sehingga menjadikan krisis ini sebagai krisis pengungsian terbesar di dunia.
Organisasi internasional telah menyuarakan keprihatinan atas hambatan birokrasi ketika mencoba mendapatkan akses ke Port Sudan, yang dikendalikan oleh militer, untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke negara tersebut.
WFP tidak dapat mengakses 90 persen dari mereka yang menghadapi "kelaparan tingkat darurat", mengatakan hanya 5 persen penduduk Sudan "yang mampu membeli makanan sehari-hari".
Kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional Karim Khan mengatakan kepada anggota Dewan Keamanan PBB pada Bulan Januari, terdapat bukti kejahatan perang yang dilakukan di wilayah Darfur oleh angkatan bersenjata Sudan dan RSF.
Menurut laporan Dewan Keamanan yang dirilis bulan lalu, kekerasan seksual yang dilakukan RSF dan milisi sekutunya telah meluas.
Adapun laporan panel ahli mengatakan, perempuan dan anak perempuan berusia 14 tahun telah diperkosa oleh anggota RSF di tempat penyimpanan Program Pangan Dunia yang berada di bawah kendali kelompok paramiliter.
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan kepada wartawan di New York, komunitas internasional belum berbuat cukup untuk mengatasi "krisis mengerikan" di Sudan.
"Secara kolektif, kita tidak berbuat cukup untuk meringankan penderitaan jutaan warga Sudan untuk menekan SAF dan RSF agar berhenti menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan yang diperlukan untuk mencegah kelaparan, dan meminta pertanggungjawaban para pelaku kekejaman. dan mengakhiri konflik yang tidak masuk akal ini," katanya.
Dia juga menuntut negara-negara regional berhenti mengirimkan senjata ke Sudan.
Baca juga:
- Janji Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata Meski Tanpa Perwakilan Israel, Hamas: Kami Menunjukkan Fleksibilitas
- ICC Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Dua Jenderal Rusia, Jaksa: Perang Ada Aturannya
- Potensi Kekuatan NATO Bakal Meningkat dengan Bergabungnya Swedia, Rusia Perkuat Militernya di Utara dan Barat
- Amerika Serikat Desak Israel Memaksimalkan Segala Cara untuk Tingkatkan Bantuan ke Gaza
Sudan adalah "konflik yang, sebagaimana dirinci dalam laporan ini, dipicu oleh transfer senjata dari sejumlah negara di kawasan. Pengiriman senjata harus dihentikan," kata Thomas-Greenfield.
Dia mengatakan Amerika akan terus memimpin insiatif dalam masalah ini, sambil juga mengandalkan dukungan dari pemain kunci lainnya, termasuk Uni Afrika dan para pemimpin dari Afrika Timur dan Teluk.
“Kami akan terus mendorong Dewan Keamanan yang sejauh ini diam saja. Untuk mendorong mereka agar mengatakan lebih banyak dan berbuat lebih banyak," katanya.