Diversifikasi ke Segmen Korporasi-Komersil, Amar Bank Ingin Menyeimbangkan Portofolio Kredit

JAKARTA - PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank) mulai melakukan diversifikasi portofolio kredit pada tahun ini. Di mana, menyasar segmen korporasi dan komersil.

Hal ini dilakukan Amar Bank setelah perseroan mencatat keberhasilan penyaluran kredit ritel dan UMKM melalui aplikasi Tunaiku.

"Selain Tunaiku, kita juga berusaha melakukan diversifikasi. Tidak hanya dari sisi ritel dan UMKM, kami pun juga akan melakukan diversifikasi ke sektor lain yaitu korporasi dan komersil untuk lebih menyeimbangkan portfolio kredit," kata Senior Vice President of Finance Amar Bank David Wirawan mengutip Antara.

Tunaiku merupakan aplikasi pinjaman digital dari Amar Bank. Sejak platform diluncurkan pada 2014, Tunaiku telah melayani hampir 400.000 UMKM dan menyalurkan lebih dari 1 juta pinjaman, dengan total lebih dari Rp10 triliun. Memanfaatkan teknologi big data, Tunaiku memberikan akses pinjaman produktif bagi UMKM.

Pada kuartal ketiga tahun 2023, penyaluran kredit Amar Bank mencapai Rp2,47 triliun atau meningkat 15,56 persen. Amar Bank juga berhasil mempertahankan rasio kredit bermasalah yang cukup baik di level 1,56 persen dan rasio kecukupan modal (CAR) tercatat sebesar 124,5 persen. Secara keseluruhan, laba yang diperoleh perseroan pada kuartal ketiga 2023 menjadi Rp162,17 miliar atau meningkat 193,81 persen (YoY).

"Rasio CAR kita sangat tinggi, yaitu sampai 124 persen. Satu sisi terlihat sangat aman, namun satu sisi kita lihat bahwa sebenarnya bank ini boleh dikatakan belum bekerja secara optimal. Oleh karena itu, kita berusaha untuk terus me-leverage buku kita dan salah satunya dengan cara mendiversifikasi portfolio kita," kata David.

Dia mengatakan, Amar Bank juga telah memiliki tim kerja yang berfokus untuk menggarap segmen korporasi dan komersil. Untuk strategi pada segmen yang tidak terlalu besar, seperti komersil atau UMKM skala menengah dan besar, David mengatakan pihaknya juga menyediakan kemudahan akses digital dalam proses pengajuan pinjaman di tahap awal sehingga harapannya dapat menggaet lebih banyak nasabah.

"Jadi proses di depannya tidak harus selalu oleh human tapi bisa juga melalui akses digital. Karena sekarang UMKM-UMKM besar, mereka ber-mindset, 'saya kalau ke bank takutnya ditolak, dokumennya ribet. Nah jadi kita coba cari solusi. Mereka bisa kita tes dengan cara, mereka submit dokumen di depan dan kita bisa melakukan asesmen key checking di awal sehingga bisa memberikan confidence," kata dia.