Nilai Tukar Rupiah Mendekati Rp15.000 per Dolar AS
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dibuka melemah 0,81 persen ke level Rp14.649 per dolar AS. Analis pun beranggapan, tren pelemahan ini akan terus berlanjut di tengah kekhawatiran pasar akibat virus corona atau COVID-19.
Mengutip Bloomberg, hingga pukul 10.39, rupiah masih bergerak melemah bahkan sampai 2,05 persen. Rupiah berada pada level Rp14.820 per dolar AS, atau sudah turun 5,58 persen dibanding awal Januari 2020.
Pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Tate (JISDOR) pun, rupiah tercatat di level Rp14.815 per dolar AS. Angka tersebut. Sejak COVID-19 sudah memasuki Indonesia, pada 2 Maret 2020, rupiah tak pernah beranjak dari level Rp14.000-an per dolar AS.
Lantas, tren pelemahan ini apakah akan membuat rupiah kembali ke Rp15.000 per dolar AS? Menurut Kepala Riset Monex Investindo Futures, hal itu bisa saja terjadi.
"Pelemahan ke Rp15.000 per dolar AS masih sangat terbuka. Kekhawatiran di pasar masih sangat tinggi akibat COVID-19 ini," ujar Ariston kepada VOI, Jumat 13 Maret.
Pasar memang tengah bergejolak setelah WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi. Indeks saham di berbagai negara di Asia pun jatuh cukup dalam, seperti yang dialami di Indonesia.
"Indeks seperti Nikkei dan Hangseng pun tak berdaya, turun hingga 5 persen. IHSG juga hari ini sempat turun 5 persen seperti kemarin," tuturnya.
IHSG Ambruk
Hari ini, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali dihentikan sementara (trading halt) pada pukul 09.15 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) setelah IHSG anjlok 245,16 poin atau 5,01 persen ke 4.650,58.
Penghentian perdagangan sementara ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.
Kemarin, Kamis 12 Maret, perdagangan saham di BEI juga sempat dihentikan sementara pada pukul 15.33 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,01 persen.