Hamas dan Fatah Bertemu di Moskow Hari Ini, Menlu Palestina: Saya Berharap Hasil Terbaik, Tidak Harapkan Keajaiban

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki mengatakan dia tidak mengharapkan "keajaiban" dalam pembicaraan antar faksi Palestina di Moskow, untuk membahas pembentukan pemerintah Palestina yang bersatu dan pembangunan kembali Gaza.

Pembicaraan antara perwakilan Hamas dan faksi politik Fatah, dijadwalkan berlangsung di ibu kota Rusia pada Hari Kamis ini, terjadi beberapa hari setelah Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengundurkan diri.

Perombakan tersebut, kata Menlu Maliki, dirancang untuk membangun dukungan bagi perluasan peran Otoritas Palestina setelah perang Israel melawan kelompok Islam Hamas di Gaza.

"Kami berharap ada hasil yang baik dalam hal saling pengertian antara semua faksi tentang perlunya mendukung pemerintahan teknokratis yang akan muncul," kata Maliki tentang pembicaraan tersebut, dilansir dari Reuters 29 Februari.

"Tentu saja, kami tidak mengharapkan keajaiban terjadi hanya dalam pertemuan sederhana di Moskow, tapi saya yakin pertemuan di Moskow harus segera diikuti dengan pertemuan lain di kawasan ini," tandasnya.

Otoritas Palestina, yang dibentuk sekitar 30 tahun lalu sebagai bagian dari perjanjian perdamaian sementara Oslo, telah dirusak oleh tuduhan tidak efektif dan perdana menteri hanya mempunyai sedikit kekuasaan efektif.

Pengunduran diri Shtayyeh menandai perubahan simbolis yang menggarisbawahi keinginan Presiden Mahmoud Abbas, untuk memastikan Otoritas mempertahankan klaimnya atas kepemimpinan seiring meningkatnya tekanan internasional untuk menghidupkan kembali upaya pembentukan negara Palestina.

Menlu Maliki, yang berbicara di sela-sela Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, mengatakan pengunduran diri pemerintah dirancang untuk mencegah mitra internasional mengatakan Otoritas tidak bekerja sama.

"Kami ingin menunjukkan kesiapan kami untuk terlibat dan siap, hanya agar tidak dilihat sebagai hambatan dalam penerapan proses apa pun yang harus dilakukan lebih jauh," katanya.

Dalam kesempatan itu, Menlu Maliki juga menuduh Dewan Keamanan PBB "mengecewakan" rakyat Palestina karena ketidakmampuannya menyepakati gencatan senjata, senada dengan komentar Sekjen PBB Antonio Guterres yang mengatakan otoritas badan tersebut "mungkin secara fatal" telah dirusak oleh kurangnya persatuan.

"Sekarang di Gaza, tampaknya gencatan senjata adalah tujuan yang tidak mungkin dicapai," kata Menlu Maliki.

"Akibatnya, kami melihat banyak orang sekarat," tandasnya.