Kisah Pilu Maria Evin di NTT yang Tinggal di Gubuk Mengungsi Saat Hujan Sampai ke Telinga Mensos Risma
NTT - Kementerian Sosial mengunjungi Desa Golo Wune, Kecamatan Lamba Leda, Nusa Tenggara Timur, guna memberi bantuan sosial sebagai respons terhadap kasus yang menimpa Maria Evin, seorang warga yang diangkat di media massa.
"Ibu tidak usah berkecil hati," ujar Menteri Sosial Tri Rismaharini kepada Maria Evin dalam kunjungan kerjanya ke desa tersebut, Antara, Minggu, 25 Februari.
Selain itu ada sejumlah upaya intervensi yang telah dilakukan, yaitu pemberian bantuan atensi berupa sembako, tambahan nutrisi, serta bahan perawatan diri.
Kementerian Sosial juga berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Manggarai Timur untuk membuatkan Kartu Keluarga (KK) serta Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Maria.
Kemensos juga memastikan hak kepemilikan tanah untuk Maria dengan memfasilitasi penandatanganan surat bermaterai, yang melibatkan keluarga besar suaminya Maria, tokoh masyarakat, serta aparat Desa Golo Wune. Rencananya, Kemensos akan membangunkan Rumah Sejahtera Terpadu di lahan itu.
Sebelumnya, kisah Maria Evin (42) muncul di media. Diketahui, dia tinggal di sebuah gubug berukuran 3x2 meter persegi, yang dinilai tidak layak huni bersama anak-anaknya.
Rumah tersebut tidak dialiri listrik karena Maria tidak ada biaya sehingga tak mampu memasangnya. Selain itu, rumah tersebut tidak memberikan perlindungan memadai di saat cuaca buruk. Di kala hujan, dia menginap di rumah tetangganya untuk berteduh, karena atap rumahnya banyak berlubang.
Untuk penerangan, Maria menggunakan pelita dari minyak tanah. Sementara itu, air untuk kebutuhan sehari-hari diambil dari sungai yang jaraknya satu kilometer dari rumahnya itu.
Baca juga:
Sehari-hari, Maria bekerja sebagai buruh tani, dengan upah Rp25 ribu, dan jadwalnya pun tidak menentu. Dia juga bekerja mengumpulkan batu untuk dijual, yang dihargai Rp 350 ribu untuk satu dump truck yang dikumpulkan selama sebulan.
Maria punya suami, namun suaminya merantau ke Kalimantan pada 2015 untuk bekerja. Pada 2017, Maria menyusul suaminya dan mereka memiliki anak lagi, namun karena tidak pernah diperhatikan dan dinafkahi selama di sana, Maria memutuskan kembali ke NTT pada 2021 bersama anak-anaknya.