Selain Ikan, Menteri Trenggono Ungkap 5 Komoditas Ini Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, ada lima komoditas utama perairan laut Indonesia yang bernilai ekonomis tinggi. Kelima komoditas tersebut adalah udang, rumput laut, tilapia, kepiting dan lobster.
Menteri Trenggono menyebut, kelima komoditas tersebut tak hanya penting di luar negeri, tetapi juga memiliki tingkat kebutuhan yang tinggi di dalam negeri.
"Data yang kami dapatkan konsumsi ikan dalam negeri saja sudah mencapai 13 juta ton setiap tahunnya dari segala jenis. Bahkan, kami masih ada yang impor seperti salmon dan ikan sarden," ujar Trenggono dalam agenda Indonesia Maritime and Fisheries Business Forum 2024 di Jakarta, Senin, 5 Februari.
Menurut Trenggono, kelima komoditas tersebut memiliki potensi besar untuk diolah ke depannya. "Sehingga, kami memprioritaskan peningkatan produksi pada lima komoditas unggulan ekspor tersebut," katanya.
Adapun pada 2023, pasar udang global mencapai 60,4 miliar dolar AS, rumput laut memiliki nilai pasar sebesar US$ 16,7 miliar dolar AS dan ikan tilapia mencapai 13,9 miliar dolar AS.
Lalu, pasar kepiting global mencapai 879 juta dolar AS serta lobster yang mencapai 7,2 miliar dolar AS. Sementara, rumput laut Indonesia sendiri telah menyumbang sebesar 16,7 persen market share global, sedangkan lobster hanya 0,5 persen.
Di samping itu, Trenggono juga mengajak para investor untuk bekerja sama mengembangkan dan meningkatkan perekonomian kelautan dan perikanan Indonesia.
Baca juga:
"Saya mengundang yang mulia duta besar negara sahabat dan para investor untuk berinvestasi di sektor kelautan dan perikanan Indonesia. Pemerintah Indonesia berkomitmen memberikan kemudahan perizinan, insentif, keamanan serta kestabilan iklim politik dan konektivitas SDM terampil," tuturnya.
Berdasarkan data KKP, tercatat nilai investasi pada sektor kelautan dan perikanan RI mencapai Rp9,56 triliun hingga kuartal III 2023.
Capaian investasi tersebut terdiri dari penanaman modal dalam negeri sebesar Rp5,32 triliun, penanaman modal asing (PMA) Rp1,4 triliun dan kredit investasi Rp2,84 triliun. Terkait realisasi PMA terbesar adalah dari China mencapai Rp370,74 miliar, disusul Malaysia Rp240,4 miliar dan Swiss sebesar Rp152,89 miliar.