Usai Revitalisasi, Jembatan Otista Bogor Diklaim Tahan 100 Tahun

BOGOR - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat mendesain bangunan Jembatan Otto Iskandardinata (Otista) yang baru saja selesai direvitalisasi dapat bertahan 80 tahun hingga 100 tahun seperti bangunan sebelumnya oleh pemerintah kolonial ratusan tahun silam.

Kepala Dinas PUPR Rena Da Frina mengatakan konstruksi baru jembatan tersebut telah melalui perhitungan yang matang termasuk ketahanannya terhadap beban dan getaran selama 100 tahun ke depan.

"Estimasinya itu, jembatan itu (tahan) 80 sampai 100 tahun. Nanti paling pun ada perbaikan-perbaikan railing, atau apalah. Tapi kalau jembatannya sudah didesain (tahan) 80 sampai 100 tahun," kata Rena, dikutip ANTARA, Minggu 18 Desember.

Rena menerangkan hasil musyawarah dengan berbagai pihak, Pemerintah Kota Bogor mengambil opsi untuk mempertahankan pelengkung jembatan bangunan masa kolonial Belanda sebagai salah satu bentuk heritage.

Jembatan Otista yang semula menjadi penyumbat lalu lintas di jalur sistem satu arah (SSA) di pusat kota, kini dilebarkan menjadi 22 meter dengan badan jembatan seluas 17 meter dan sisanya adalah pedestrian. Proyek revitalisasi ini menggunakan anggaran bantuan Provinsi Jawa Barat sebesar Rp101 miliar.

"Itu udah sepakat. Untuk itu ada beberapa penyesuaian perencanaan, termasuk tingkat elevasi, ketinggian," katanya.

Ini ketika perencanaan dilakukan, ketika pelengkung semuanya dibongkar dari badan jembatan ada kenaikan 1,8 meter, sehingga bangunan jembatan Otista baru memiliki kemiringan 5 derajat.

Pelengkung yang semula menopang jembatan Otista selama ratusan tahun, kini akan dijadikan sebagai objek wisata baru di Kota Bogor.

"Bisa dilihat lewat tangga inspeksi di bawah, jadi ditinggal sebagai objek wisata di situ. Dia tidak membebani dan membebani struktur jembatan yang baru. Jadi dia berdiri sendiri, jadi sebagai hiasan aja," jelas Rena.

Selain itu, Rena menerangkan dari strukturnya juga Jembatan Otista didesain untuk moda transportasi trem, sehingga tahan getaran dan tonase tinggi. Saat ini, alur trem di badan jembatan sementara ditutup pakai hotmix.

"Jadi ketika tremnya sudah ada, tinggal dibuka hotmix, jadi ada lajur lurus sekitar 5 cm," ujarnya.

Ke depan, kata Rena, dengan pelebaran yang sudah dilakukan, maka hambatan lalu lintas diperkirakan hanya terjadi ketika masih ada angkutan umum kota (angkot) ngetem atau mobil parkir di pinggir jembatan atau jalan Otista.

"Paling hambatannya kalau ada angkot ngetem, atau ada parkir di pinggir. Nah, nanti itu teman-teman Dishub yang punya urusan untuk itu, termasuk untuk parkir di Warbo, kita sudah siapkan strukturnya, untuk mekanisme selanjutnya ada lantas dan Dishub," demikian Rena.