Jurus Kemenperin Jadikan RI Pusat Industri Pengolahan Kakao Dunia
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat industri pengolahan kakao lantaran Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia, dengan total produksi sekitar 700 ribu ton per tahun.
"Saat ini, terdapat 11 perusahaan pengolahan kakao di Indonesia, yang total nilai ekspornya tercatat mencapai 1,12 miliar dolar AS pada 2022, atau menduduki posisi negara pengekspor keempat di dunia. Industri ini juga berperan mendukung hilirisasi yang meningkatkan nilai tambah kakao dalam negeri," kata Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin Edy Sutopo dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Jumat, 1 Desember.
Untuk menjadi episentrum dunia di sektor kakao dan olahannya, Kemenperin akan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait dari hulu sampai hilir.
"Kami unggul di produk intermediate, yang meliputi cocoa pasta/liquor, cocoa cake, cocoa butter dan cocoa powder. Pangsa pasar produk kami ini mencapai 9,17 persen dari kebutuhan dunia," ujarnya.
Selain sektor tersebut, Indonesia juga punya potensi di industri cokelat dan industri cokelat artisan.
Adapun untuk industri cokelat yang menghasilkan mass product, saat ini terdapat 900-an perusahaan dengan total kapasitas produksi lebih dari 462 ribu ton per tahun. "Jumlah nilai ekspor dari sektor ini sebesar 76,89 juta dolar AS pada 2022," ujar Edy.
Kemudian, untuk sektor industri cokelat artisan, Indonesia telah memiliki 31 perusahaan dengan total kapasitas produksi sebesar 1.242 ton per tahun pada 2022.
"Umumnya industri cokelat artisan ini menggunakan bahan baku yang premium. Indonesia masih punya pasar yang menjanjikan untuk dapat mengembangkan sektor ini," ucapnya.
Edy menegaskan, pihaknya proaktif menjalankan berbagai program dan kebijakan dalam upaya memacu kinerja industri yang berbasis olahan kakao. Misalnya, dengan menjaga ketersediaan bahan baku.
Tak hanya itu, Kemenperin juga mendorong peningkatan produktivitas kakao dalam memenuhi kebutuhan di sektor industri.
Lebih lanjut, Edy menyebut Kemenperin telah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten, mendorong pemanfaatan teknologi, dan mengoptimalkan program branding.
Baca juga:
"Kami juga akan mendukung terhadap program keberlanjutan dan ketertelusuran pada rantai pasok, meningkatkan kampanye konsumsi cokelat di dalam negeri, melakukan promosi pada ajang pameran di tingkat nasional dan internasional, serta melaksanakan program restrukturisasi mesin produksi," lanjutnya.
Kemenperin gencar menumbuhkan wirausaha baru di sektor industri pengolahan kakao. Apalagi, Indonesia memiliki lebih dari 600 varian atau rasa cokelat yang berasal dari berbagai daerah.
"Ini menjadi potensi kami untuk terus melakukan diversifikasi dan inovasi produk," imbuhnya.