Inilah Bahayanya Konsumsi Antibiotik Tidak Sesuai Dosis Menurut Dokter
JAKARTA - Adakah bahayanya mengonsumsi antibiotik? Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialisasi Penyakit Tropik Infeksi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr dr Lie Khie Chen, SpPD-KPTI menghimbau masyarakat untuk mengonsumsi antibiotik sesuai dosis dan indikasi agar dapat mengurangi resistensi bakteri terhadap antibiotik.
“Penggunaan antibiotik secara berlebihan dan tidak sesuai indikasi sudah waktunya kita hentikan,” ujar Lie Khie Chen pada Webinar HUT RSCM ke-104 bertajuk “Waspada Bahaya Kuman Kebal Antibiotik” yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, kebiasaan asal mengonsumsi antibiotik tanpa memperhatikan anjuran dokter membuat beberapa jenis bakteri menjadi semakin kebal terhadap efek antibiotik. Hal ini karena bakteri akan terus mencari cara guna beradaptasi dan bertahan hidup saat terpapar antibiotik.
Lie Khie Chen, dilansir ANTARA, Sabtu, 11 November, juga mengatakan beberapa adaptasi yang dilakukan bakteri adalah dengan menghasilkan enzim yang membuat antibiotik tidak bisa bekerja, mengeluarkan kembali antibiotik yang telah masuk ke tubuhnya, serta mengubah tempat kerja antibiotik pada tubuhnya sehingga zat tersebut tidak berefek.
Ia pun menuturkan bahwa terlalu sering mengonsumsi antibiotik serta menggunakan antibiotik tidak sesuai dosis dan indikasi juga dapat mematikan bakteri-bakteri berguna dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora normal, sehingga tubuh lebih mudah terserang bakteri jahat.
“Penggunaan antibiotik bukan untuk indikasi infeksi menyebabkan semakin sering bakteri terpapar oleh antibiotik, sehingga bakteri-bakteri yang seharusnya menjadi pelindung kita… justru mati dan bakteri yang kebal terhadap obat ini dengan leluasa menggandakan diri,” ucap dokter RSCM tersebut.
Oleh karena itu, dia menyatakan pentingnya mendapatkan diagnosis yang tepat sebelum mengonsumsi antibiotik karena masing-masing obat memiliki spesifikasi kegunaan terhadap bakteri tertentu.
Baca juga:
Selain itu, alumnus Universitas Indonesia ini juga menyoroti penggunaan antibiotik pada sektor non-medis, misalnya sebagai growth promoter di bidang peternakan, yang juga menjadi perhatian pemerintah agar dapat dikurangi penggunaannya.
“Jadi, jika antibiotik ini tidak perlu kita gunakan, jangan digunakan, karena itu akan merugikan dan berdampak pada kita,” kata dia.
Lie Khie Chen menuturkan bahwa selama 10 tahun terakhir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan untuk menekan resistansi bakteri terhadap antibiotik karena diperkirakan 10 juta orang meninggal karena infeksi bakteri pada 2050.
Oleh karena itu, ia mengajak para tenaga medis serta masyarakat luas untuk menyebarkan informasi mengenai penggunaan antibiotik yang tepat agar bakteri tidak kebal terhadap zat tersebut sehingga antibiotik masih dapat menjadi sarana penyembuhan yang efektif.
“Antibiotik adalah suatu aset bagi umat manusia untuk bisa membunuh bakteri dan ini harus kita lestarikan fungsinya sampai kapanpun. Kalau tidak, anak cucu kita nanti tidak akan bisa merasakan manfaat antibiotik,” ucap Lie Khie Chen.