Rupiah Diprediksi Kembali Menguat, Kenaikan Harga Komoditas Pemicunya
JAKARTA - Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin 6 November 2023 diperkirakan akan kembali menguat didorong kenaikan harga komoditas.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Jum'at 3 November, Kurs rupiah spot menguat 0,81 persen ke Rp 15.727 per dolar AS.
Selanjutnya, kurs rupiah Jisdor menguat 0,57 persen secara harian ke Rp 15.771 per dolar AS pada Jumat lalu.
Ibrahim Assuaibi Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka mengatakan kenaikan harga minyak dunia, saling berkaitan dengan situasi global seperti adanya ketegangan geopolitik antara Israel dan Hamas.
"Tentunya, hal ini akan berdampak terhadap inflasi di negara berkembang termasuk Indonesia. Namun Pemerintah telah siap untuk mengantisipasi gejolak politik dengan melakukan kebijakan bauran ekonomi dan intervensi Bank Indonesia," jelasnya dalam keterangannya, Jumat 3 November.
Ibrahim menyampaikan gejolak harga minyak di dunia berkorelasi dengan situasi global seperti ketegangan Israel-Hamas, tren harga minyak dunia yang tentunya akan mempengaruhi harga domestic.
Ibrahim memperkirakan dengan dipengaruhi oleh gejolak harga minyak dunia, maka kedepannya inflasi akan mulai terlihat meningkat.
Namun, di bulan-bulan ke depan kemungkinan inflasi akibat situasi global akan dapat terlihat. Namun hal ini sangat tergantung pemerintah ambil langkah pencegahannya.
Selain itu, harga komoditas di pasar internasional salah satunya minyak mentah mengalami kenaikan sejak Juli 2023. Jika tinjau harga komoditas di pasar internasioanl, minyak mentah mengalami rebound sejak Juli 2023.
Berdasarkan World Economic Outlook, sebelumnya pada Juli 2023 inflasi dunia diperkirakan mengalami inflasi sebesar 6,8 persen pada tahun 2023 dan 5,2 persen di 2024. Namun, direvisi ke atas pada Oktober 2023 yang masing-masing sebesar 6,9 persen dan 5,8 persen.
Baca juga:
Begitupun, dengan inflasi di emerging market dan developing economies. Sebelumnya diperkirakan diprediksi mengalami inflasi di 8,3 persen pada 2023 dan 6,8 persen di 2024.
Namun, juga dikoreksi keatas bahwa negara berkembang akan mengalami tekanan inflasi yang lebih tinggi yakni, 8,5 persen di 2023 dan 7,8 persen di 2024.
Secara global, inflasi diperkirakan melemah pada tahun 2023 dan 2024. Begitupun dengan inflasi di negara emerging market dan developing economies. Akan tetapi prediksi tersebut dikoreksi meningkat sejalan dengan tren kenaikan harga komoditas di pasar global.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Senin 6 November dalam rentang harga Rp15.680- Rp15.750 per dolar AS.