Intimidasi Pers di Jalur Gaza, Israel Dikecam Organisasi Internasional
JAKARTA - Pemerintah Israel dilaporkan telah memberikan tekanan kepada pers di Jalur Gaza selama dua pekan terakhir. Hal ini mengundang kecaman dari organisasi non-pemerintah internasional yang fokus untuk melindungi kebebasan pers di seluruh dunia, Reporters Without Borders (RSP).
RSP mengutuk tindakan Israel dan mengatakan media di Jalur Gaza ditekan dengan berbagai cara. Bahkan mereka menyebut tekanan itu termasuk membunuh atau melukai jurnalis, menghancurkan gedung media, membatasi akses internet, dan menutup kantor Al Jazeera.
RSF mengatakan Pemerintah Israel berupaya memberlakukan penutupan total media di Gaza sebagai bagian dari blokade di wilayah kantong tersebut, yang telah berdampak negatif pada jurnalis lokal dan keluarga mereka.
Sepuluh jurnalis, termasuk delapan orang di Gaza, tewas saat meliput di bawah serangan udara Israel. Kematian mereka menyoroti risiko yang dihadapi oleh personel media dalam liputan konflik, kata RSF dalam sebuah pernyataan.
Para jurnalis Palestina tewas di rumah mereka akibat serangan udara dan pemboman Israel. Mohammad Baalouche, manajer saluran televisi Palestine Today, adalah korban terakhir yang tewas dalam serangan yang menargetkan sebuah rumah pada 17 Oktober.
"Kami mengutuk penutupan media yang dilakukan Israel," kata pernyataan RSP, seperti dikutip dari Anadolu via Antara, Sabtu, 21 Oktober.
Baca juga:
Pernyataan tersebut merujuk pada Sindikat Jurnalis Palestina yang mengatakan sekitar 50 media di Gaza telah dirusak atau dihancurkan oleh serangan udara Israel sejak dimulainya konflik pada 7 Oktober.
Blokade Israel di Jalur Gaza telah menghambat operasi sebagian besar dari 24 stasiun radio di wilayah tersebut. Stasiun-stasiun radio mengalami gangguan akibat serangan udara, pemboman, dan kekurangan bahan bakar.
Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kantor Al Jazeera di Israel akan ditutup dan peralatannya disita. Keputusan ini dianggap sebagai sensor, menyusul persetujuan peraturan yang mengizinkan penutupan saluran televisi yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan negara oleh Pemerintah Israel.
Sekretaris Jenderal RSF Christophe Deloire mengatakan pentingnya bagi jurnalis untuk bekerja secara profesional untuk menghasilkan pemberitaan yang bebas dari kepentingan serta dapat dipercaya.
Dia mengecam upaya Israel untuk membatasi kebebasan pers, dan menegaskan bahwa jurnalisme adalah "alat penting" untuk melawan penyebaran informasi yang salah, terutama di wilayah tersebut.
RSF melaporkan Israel telah menangkap seorang jurnalis di Tepi Barat yang diduduki karena meliput konflik di Gaza, mengancam seorang reporter selama siaran langsung Yerusalem, dan menahan tiga koresponden BBC di Tel Aviv.