Konflik Geopolitik Memanas, Ini Saran dari Bos BI

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan meningkatnya ketegangan geopolitik mendorong harga energi dan pangan meningkat sehingga mengakibatkan tetap tingginya inflasi global.

"Untuk mengendalikan inflasi, suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR), diprakirakan akan tetap bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama (higher for longer)," jelasnya, Kamis, 19 Oktober.

Perry mengungkapkan kenaikan suku bunga global diperkirakan akan diikuti pada tenor jangka panjang dengan kenaikan yield obligasi pemerintah negara maju, khususnya AS (US Treasury).

Sehingga mengakibatkan peningkatan kebutuhan pembiayaan utang pemerintah, dan kenaikan premi risiko jangka panjang (term-premia).

Berbagai perkembangan tersebut mendorong pembalikan arus modal dari negara Emerging Market Economies (EMEs) ke negara maju dan ke aset yang lebih likuid.

"Ini mengakibatkan muncul istilah, cash is the king. Dolar AS menguat secara tajam terhadap berbagai mata uang dunia," tambahnya

Menurut Perry dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, ketidakpastian ekonomi dan keuangan global semakin tinggi, sehingga memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global terhadap ketahanan ekonomi domestik di negara-negara EMEs, termasuk Indonesia.