Rencana-rencana Erick Thohir untuk Tiga Perusahaan Pelat Merah Bermasalah
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan beberapa skema pengembangan bisnis dan penyelamatan sejumlah perusahaan pelat merah yang sudah dilakukan dan akan dilakukan oleh Kementerian BUMN. Itu, kata Erick, dikhususkan kepada tiga perusahaan BUMN yang sempat bermasalah belum lama ini.
Seperti diketahui bersama, baru menjabat selama lima bulan sebagai menteri BUMN Erick Thohir telah dihadapkan dengan berbagai masalah yang terjadi di perusahaan pelat merah. Mulai dari kasus gagal bayar Jiwasraya, mandeknya pembangunan kilang Pertamina, hingga penyelundupan Harley Davidson oleh Dirut Garuda Indonesia.
1. PT Asuransi Jiwasraya
Erick mengatakan, dalam penyelesaian kasus gagal bayar perusahaan ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam hal ini Panja Jiwasraya.
Kemudian, lanjut Erick, Kementerian BUMN juga terus mendorong penuntasan pembentukan holding asuransi dan penjaminan untuk menyelesaikan masalah gagal bayar polis ini.
Tak hanya itu, Kementerian BUMN juga terus memastikan Kejaksaan Agung sebagai pihak yang menangani kasus ini untuk mengelola pemulihan aset Jiwasraya. Segala upaya ini, kata Erick, diharapkan akan segera membuahkan hasil. Nasib pemegang polis Jiwasraya juga akan ditentukan pada Maret.
"Kami memastikan Jiwasraya melunasi kewajiban kepada nasabah, InsyaAllah Maret ini bisa mulai berikan sesuatu kepada masyarakat, yaitu nasabahnya terutama. Dengan restrukturisasi yang disetujui semua pihak supaya payung hukumnya jelas," tuturnya, saat ditemui di Hotel Ritz-Carlton, SCBD, Jakarta, Rabu, 26 Februari.
Erick juga berharap tidak ada lagi pihak yang mempolitisasi kasus Jiwasraya. Selama ini banyak pihak yang menganggap dia menggembosi BUMN. Meski begitu, Erick meyakinkan bahwa proses hukum akan terus berjalan dalam pengusutan kasus ini.
"Kita mau melakukan sesuatu yang kontraproduktif dengan Jiwasraya. Justru ini yang harus menjadi tanggung jawab, Jiwasraya ini sebuah kebobrokan yang harus kita setop, karena merampok pensiunan," jelasnya.
2. PT Pertamina
Pemerintah melalui Kementerian BUMN telah mendorong PT Pertamina untuk menyelesaikan restrukturisasi keuangan Tuban Petro dan PT Trans Pacific Petrochemical Indonesia (TPPI). Hal ini diiringi dengan percepatan implementasi mandat biodiesel 30 persen atau B30 dan percepatan pembangunan kilang-kilang.
Tidak hanya itu, kata Erick, Kementerian BUMN juga sedang mendorong Pertamina untuk melakukan konsolidasi anak usaha agar lebih efisien. Tujuan yang dilakukan terhadap pertamina adalah untuk menekan impor bahan bakar minyak (BBM).
Erick mengatakan, Kementerian BUMN juga memastikan bahwa Pertamina akan melakukan transparansi via online dalam pengadaan minyak mentah dan BBM serta gas. Selain itu, peningkatan program digitalisasi SPBU juga akan didorong pemerintah.
Selain itu, Kementerian BUMN juga telah mendorong Pertamina untuk masuk ke pasar mobil listrik. Erick mengatakan, rencana ini akan diprakarsai melalui kerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium.
"Inovasi dan keseimbangan teknologi. Saya tidak mau masing-masing BUMN ciptakan teknologi yang ujungnya mangkrak, kenapa tidak disatukan saja? Seperti tadi kami sudah rapat antara Telkom, PLN, Inalum, Pertamina. Duduk bersama, cari teknologi terbaik, itu yang kita invest," tuturnya.
3. Garuda Indonesia
Erick mengatakan, pihaknya sudah memecat direksi yang ikut terlibat dalam penyeludupan Harley Davidson ke Tanah Air. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan pelat merah tersebut. Tak hanya itu, perombakan jajaran direksi dan komisaris Garuda Indonesia juga sudah dilakukan.
Pemerintah, kata Erick, saat ini sedang menggodok rencana aksi untuk mengembangkan PT Garuda Indonesia. Salah satunya restrukturisasi utang. Hal ini juga akan diikuti dengan rencana perampingan struktur anak dan cucu perusahaan dan membuat kembali model bisnis yang sehat untuk perusahaan itu.
"Kita lakukan segala efisiensi ini, dan memastikan remodeling bisnis yang sehat buat Garuda. Saat ini, Garuda dalam tekanan yang luar biasa karena utangnya jatuh tempo. Tapi kami pastikan kami akan restrukturisasi, akan ada jalan keluar supaya sehat," tutupnya.