Perahu Ditemukan Pecah dan Mesin Tempel Hilang, Basarnas Cilacap Cari Nelayan Penangkap Ubur-ubur

CILACAP - Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP/Basarnas) Cilacap Adah Sudarsa mengatakan, pihaknya mencari seorang nelayan penangkap ubur-ubur yang dilaporkan hilang di sekitar perairan Bunton, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

"Berdasarkan informasi yang kami terima, korban bernama Marto Mardi (61), warga Jalan Singa Laut, Kelurahan Mertasinga RT 02 RW 13, Kecamatan Cilacap Utara, Cilacap," katanya di Cilacap, dilansir dari Antara, Senin, 9 Oktober. 

Korban diketahui berangkat melaut untuk mencari ubur-ubur pada Minggu malam kemarin dengan menggunakan perahu bermotor tempel miliknya.

Akan tetapi pada hari ini sekitar pukul 06.30 WIB, perahu milik Marto Miardi ditemukan dalam keadaan pecah tanpa ada motor tempel, sedangkan korban belum diketahui keberadaannya.

"Korban diduga terjatuh dari perahu di perairan Bunton sebelah timur muara Sungai Serayu, masuk wilayah Desa Bunton, Kecamatan Adipala, Cilacap," ungkapnya.

Terkait dengan informasi tersebut, Adah mengatakan pihaknya segera memberangkatkan satu regu penolong ke lokasi kejadian dengan membawa peralatan search and rescue (SAR) di air guna mencari dan menolong korban.

"Hingga saat ini, korban masih dalam pencarian," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan gelombang tinggi masih berpotensi terjadi di laut selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut dia, potensi terjadinya gelombang tinggi tersebut disebabkan wilayah laut selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta masih dipengaruhi oleh musim angin timuran.

"Oleh karena itu, kami kembali mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di laut selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta yang berlaku hingga Selasa (10/10) dan akan segera diperbarui jika ada perkembangan lebih lanjut," jelasnya.

Dalam hal ini, kata dia, tinggi gelombang 2,5-4 meter yang masuk kategori tinggi berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa Barat hingga Yogyakarta maupun Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga Yogyakarta.

 

Ia mengatakan gelombang tinggi itu terjadi karena pola angin di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan 12-35 knot.

Terkait dengan hal itu, Teguh mengimbau seluruh pengguna jasa kelautan khususnya nelayan yang menggunakan kapal berukuran kecil untuk memerhatikan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran.