Sitti Hikmawatty adalah Bukti Payahnya Edukasi Seks di Negeri Ini

JAKARTA - Pernyataan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sitti Hikmawatty yang menyatakan perempuan berenang bersama laki-laki bisa mengakibatkan kehamilan kini jadi perbincangan media internasional. Berkaca dari hal tersebut, kita tampaknya memang darurat seks edukasi.

Sebab, selama ini, pendidikan di Indonesia memang tak pernah menyentuh ranah seksual dengan alasan yang beragam, salah satunya adalah karena tabu membicarakan urusan seksual di negara ini.

Hal ini dibenarkan oleh pengamat pendidikan Mohammad Abduhzen. Kata Abduhzen, kultur di Indonesia memang selama ini menganggap perbincangan soal seks merupakan hal yang tabu atau tak patut untuk dilakukan bersama dengan anak-anak.

"Jadi pendidikan seks kemudian dianggap tak perlu dan tak penting untuk dilakukan," kata Abduhzen kepada VOI lewat pesan singkat, Rabu, 26 Februari.

Senada dengan Abduhzen, psikolog seksual Zoya Amirin yang pernah kami temui beberapa waktu lalu di Jakarta juga menyatakan pendidikan seksual itu sejatinya sangat diperlukan. Selain untuk menangkal pengetahuan sesat seperti yang disampaikan oleh Sitti Hikmawatty, ternyata pendidikan seks juga dapat menghindarkan anak dari kejahatan seksual.

"Edukasi seksual itu adalah salah satu cara untuk mencegah pelaku kejahatan seksual dan mencegah agar orang-orang punya mitos negatif. Jadi sebenarnya itu penting supaya kehidupan seksual kamu lebih normal," ungkap Zoya saat itu.

Seksolog Zoya Amirin (Irfan Meidianto/VOI)

Sejatinya, kita tak perlu takut atau ragu dengan pendidikan seksual jika diberikan pada anak. Sebab, pendidikan seks ini bukan serta merta mengajarkan bagaimana cara bersenggama melainkan mengajarkan anak untuk tahu soal alat reproduksi mereka dan bagian tubuh mana yang boleh dipegang oleh orang lain, termasuk orang tua sendiri.

Sehingga, berkaca dari hal tersebut, Abduhzen mengatakan jika pendidikan seks harusnya diberikan secara terintegrasi dengan berbagai mata pelajaran yang ada saat ini, seperti biologi, agama, dan pelajaran lainnya.

Kemudian, di luar lingkungan sekolah, keluarga juga harus memberikan edukasi tersebut. Caranya dengan membuka percakapan mengenai seksual dengan anak-anak mereka. "Orang tua seyogyanya punya konsen dan kesadaran untuk menginternalisasikan nilai-nilai terkait seksualitas dalam percakapan, tradisi, dan pergaulan dalam keluarga," ungkapnya.

Memulai edukasi

Lantas, di usia berapa baiknya anak mendapatkan pendidikan seksual? Jika berkaca dari sejumlah negara di dunia, Belanda mungkin bisa menjadi acuan bagi kita. Dilansir dari studyinternasional.com, Belanda ternyata mengaplikasikan pendidikan seks sejak anak-anak mereka berusia empat tahun ke atas.

Pada usia tersebut, anak-anak di negeri kincir angin itu diajarkan bagaimana menghargai tubuh mereka. Selanjutnya, anak-anak ini bisa diajarkan soal penggunaan alat kontrasepsi. Sehingga, angka kehamilan usia dini di negara tersebut menjadi cukup rendah.

Abduhzen pun sepakat dengan hal tersebut. Menurut dia, pendidikan seks memang harus dimulai sejak usia di bawah tujuh tahun dan secara bertahap mengikuti perkembangan fisik dan psikis anak di Indonesia. "Saya pikir untuk di Indonesia, idealnya hampir sama yaitu di bawah tujuh tahun. Sejalan dengan perkembangan fisik dan psikis anak-anak dan perlunya pendidikan moral," ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, warganet geger karena ada berita dari Grup Tribunnews.com berjudul 'KPAI Ingatkan Wanita Berenang di Kolam Bareng Laki-laki Bisa Hamil, Begini Penjelasannya' yang tayang pada Jumat, 21 Februari. Pernyataan narasumber dalam berita itu jadi diskusi publik, khususnya di media sosial.

Kamasutra (Commons Wikimedia)

Musababnya adalah pernyataan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indoensia (KPAI) bidang Kesehatan, Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA), Sitti Hikmawatty, yang mengingatkan agar kaum perempuan berhati-hati ketika berada di kolam renang. Katanya, tidak menutup kemungkinan wanita bisa hamil jika berenangnya dengan kaum adam.

Dia beralasan, meski tak ada pertemuan langsung, tapi bisa jadi ada mediasi di kolam renang. Katanya, ada jenis sperma tertentu yang sangat kuat. Selain itu, walaupun tak terjadi penetrasi, tapi ada pria yang terangsang dan mengeluarkan sperma di sana. Ini yang dianggapnya bisa membuat seorang perempuan hamil.

Menyadari ucapannya berpolemik, Sitti Hikmawatty kemudian mengeluarkan keterangan tertulis yang isinya permintaan maaf terkait pernyataannya itu. Tak hanya itu, dia juga mencabut pernyataannya dan menyebut apa yang disampaikan itu bukanlah pendapat lembaga melainkan pendapat yang murni dari pribadinya.