Indeks Keyakinan Industri Turun 0,71 Persen di September 2023

JAKARTA - Kementerian Perindusrian (Kemenperin) mencatat Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di bulan September berada di 52,51 poin.

Posisi ini mengalami penurunan sebesar 0,71 poin dari posisi Agustus yang tercatat 53,22 poin.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, meskipun melambat 0,71 poin, namun IKI di September masih berada pada fase ekspansif.

“September 2023 mencapai 52,51, tetap ekspansi meskipun melambat 0,71 poin dibandingkan Agustus 2023,” ujar Febri dalam rilis penilaian IKI bulan September, di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat, 29 September.

Febri menjelaskan penurunan nilai IKI ini dikarenakan adanya peningkatan persediaan produk pada hampir seluruh subsektor manufaktur. Kondisi tersebut menunjukkan produksi pada bulan September ini belum banyak terserap di pasar baik ekspor maupun dalam negeri.

Selain itu, Febri menjelaskan banyaknya barang impor yang beredar di dalam negeri menyumbang penurunan IKI dalam tiga bulan ini.

“Khususnya untuk sektor-sektor yang IKI-nya mengalami kontraksi, seperti industri tekstil dan produk tekstil, dan industri keramik,” ucapnya.

Dilihat dari variabel pembentuk IKI, variabel pesanan baru tercatat meningkat ke level 53,56 dari 53,22 dan variabel produksi naik ke lebel 54,17 dari 54,13. Sedsngkan penurunan nilai indeks terjadi pada variabel persediaan produk dari 51,85 menjadi 47,40.

Meski demikian, kata Febri, secara umum kepercayaan industri pada bulan September 2023 masih stabil. Sebanyak 44,8 persen pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya bulan ini tetap atau stabil.

Adapun dari 23 sunsektor, 17 subsektor industri masih berekspansi dengan kontribusi 88,2 persen pada share PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II tahun 2023.

“Subsektor industri logam dasar mengalami kenaikan nilai IKI dan berubah dari kontraksi menjadi ekspansi pada bulan ini. Pemenuhan permintaan untuk pembagunan IKN diduga telah mendorong kinerja industri logam dasar,” ujarnya.

Febri menjelaskan, pada bulan September ini, terdapat enam subsektor dengan nilai IKI mengalami kontraksi dan memiliki kontribusi 11,8 persen pada share PDB industri pengolahan nonmigas triwulan II tahun 2023.

Subsektor yang mengalami kontraksi pada September ini adalah Industri Tekstil; Industri Pakaian Jadi; industri Kayu, Barang Kayu dan Gabus, Industri Barang Galian Bukan Logam; Industri Furniture dan Industri Pengolahan Lainnya.

“Untuk Industri Barang Galian Bukan Logam kontraksi tersebut disebabkan oleh penurunan produksi industri kaca dan keramik, sedangkan untuk industri semen dilaporkan mengalami peningkatan produksi,” jelasnya.

Kata Febri, walaupun masih ekspansi dan sebagian besar pelaku usaha masih optimis terhadap kondisi enam bulan ke depan, tingkat pesimisme pelaku usaha cukup menghawatirkan pada September ini.

“Pelaku usaha yang menyatakan pesimis bertambah 2,4 persen yaitu sebesar 11,6 persen tambah Febri. Hal ini disebabkan ketidakpastian di pasar global. Selain itu adanya kenaikan harga energi juga meningkatkan tingkat pesimisme pelaku usaha,” jelasnya.