Danamon Wealth Series 2023: Menyulap Tantangan menjadi Peluang Emas 2024
JAKARTA - PT Bank Danamon Indonesia Tbk atau Danamon (BDMN) kembali menghadirkan acara market outlook Danamon Wealth Series 2023 yang kali ini bertajuk Election Year Ahead: Turning Challenges into Opportunities. Acara berformat talkshow dan dilaksanakan di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, pada Rabu 20 September 2023 yang mengupas tentang kondisi pasar, tantangan, serta peluang bagi pertumbuhan ekonomi, dan kelas aset investasi di Indonesia pada saat menjelang, selama, dan setelah Pemilu 2024.
Danamon memandang di tengah ketidakpastian global dan kondisi perekonomian domestik yang masih solid, sangat penting bagi investor untuk mendapatkan informasi mengenai market outlook yang membahas seputar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada paruh kedua 2023. Apalagi, periode ini juga bertepatan dengan momentum persiapan dan pelaksanaan Pemilu 2024. Kedua faktor utama tersebut dapat menjadi suatu tantangan ataupun peluang bagi pertumbuhan ekonomi dan kelas aset investasi di Indonesia.
Danamon Wealth Series 2023 menghadirkan para pembicara yang ahli di bidangnya seperti Yunarto Wijaya selaku Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia dan Edward Narodo selaku Head of Partnership Distribution PT BRI Manajemen Investasi. Acara yang bertujuan memberikan update dan insight seputar kondisi pasar dan investasi di Indonesia kepada nasabah Danamon Privilege ini juga turut dihadiri oleh Hafid Hadeli selaku Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Wisnu Wardana selaku Chief Economist PT Bank Danamon Indonesia Tbk, dan Yulius Ardi selaku Wealth Management Head PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Yunarto Wijaya mengatakan Pemilu di Indonesia menjadi momen penting dalam pelaksanaan hak berdemokrasi di negara ini. Selain implikasi politik yang signifikan kepada ekonomi dan sosial, ujarnya, Pemilu dapat berdampak positif maupun negatif bagi perekonomian.
"Pemilu yang berlangsung lancar dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia," ucapnya.
Dari sisi perputaran uang, Bank Indonesia mencatat peningkatan peredaran uang selama Pemilu menjadi gejala yang umum ditemukan, dan berdasarkan historis 4 periode putaran Pemilu sebelumnya (2004, 2009, 2014, 2019), kinerja IHSG menunjukkan tren positif sejak 6 bulan sebelum Pemilu. Hal ini tentu memberikan gambaran bahwa Pemilu dapat dilihat sebagai peluang bagi pasar modal Indonesia pada kuartal IV/2023, yang merupakan periode 6 Bulan sebelum Pemilu pada Februari 2024.
Popularitas Instrumen ESG Diprediksi Meningkat
Selain dipengaruhi oleh kondisi menjelang pemilu, tren investasi juga tengah berfokus ke ESG (environmental, social, and corporate governance). Ini merupakan pendekatan bisnis yang digunakan untuk mengevaluasi risiko keuangan organisasi, keberlanjutan jangka panjang, dan pencapaian tujuan di tiga bidang kinerja tersebut.
Sejauh ini, metode pengukuran aspek ESG perusahaan berkembang cukup pesat selama beberapa waktu terakhir karena meningkatnya peran ESG dalam pengambilan keputusan investasi dari investor.
Sejumlah kalangan juga memprediksi terjadinya transfer of wealth kepada Millennial dan Gen Z dari Baby Boomers dan Gen X, yang membuat demand dari instrumen investasi berbasis ESG akan meningkat.
Menurut Nielsen, sekitar 75 persen Millennial memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi hingga mengubah kebiasaan membeli mereka untuk menyukai dana ramah lingkungan. Sebuah survei Pew Research Center menemukan Millennial dan Gen Z menonjol karena tingkat keterlibatan mereka yang tinggi dengan isu perubahan iklim.
Sekitar 90 persen Millennial tertarik mengejar investasi berkelanjutan. Sepertiga generasi Millennial sering atau secara eksklusif menggunakan produk investasi yang mempertimbangkan faktor ESG 19 persen Gen Z, 16 persen Gen X, dan 2 persen baby boomers. Kemungkinan besar, kita akan menyaksikan transfer kekayaan terbesar dalam sejarah saat investor generasi baby boomers mewariskan kekayaan mereka kepada kaum Millennial yang segera menjadi kelas investor terbesar. Ditambah lagi, sebuah studi EY tentang tantangan kehidupan kerja lintas generasi memperkirakan mereka akan mencapai 75 persem dari tenaga kerja global pada 2025.
Edward Narodo, Head of Distribution Partnership, PT BRI Manajemen Investasi mengatakan, generasi Millennial memiliki peran penting dalam investasi ESG di mana demografi tersebut telah berinvestasi sebesar 51,1 miliar dolar AS pada instrumen berbasis investasi berkelanjutan pada tahun 2020.
Hal ini merupakan peningkatan yang signfikan dibandingkan dengan 2015 di mana investasi di segmen tersebut masih kurang dari 5 miliar dolar AS. Edward juga menambahkan, 40 persen Gen Z menyatakan bahwa keputusan investasi mereka didorong oleh "perusahaan yang punya tujuan" dalam 5 tahun ke depan. Hal ini memberikan sinyal bahwa prospek investasi berkelanjutan dipandang cukup cerah. Pada 2025, diharapkan sekitar 33 persen dari semua aset global yang dikelola akan memiliki mandat SRI dan ESG.
Dalam acara ini, BDI dan BRIMI mengumumkan kerjasama distribusi produk baru, Danareksa MSCI Indonesia ESG Screened yaitu Reksa Dana indeks yang mengacu kepada indeks MSCI Indonesia ESG Screened, sebuah indeks yang dibuat oleh MSCI Inc. dengan menerapkan screening ESG dari konstituen indeks MSCI Indonesia. Proses screening ESG dilakukan dengan metodologi negative screening dengan mengecualikan perusahaan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Global Compact PBB, yang ditinjau tiap kuartal.
SEE ALSO:
Sementara itu, dari sisi kondisi ekonomi dan politik global, kebijakan The Fed diprediksi juga dapat memengaruhi kebijakan suku bunga bank sentral lainnya, sehingga memberikan sentimen negatif terhadap pasar saham dan pasar obligasi sejalan dengan meningkatnya Yield dari US Treasury dan koreksi di Wall Street. Perlambatan ekonomi di China juga memberikan dampak yang negatif terhadap pasar saham global dan Asia. Problem yang terjadi di sektor properti China, dengan kasus gagal bayar beberapa perusahaan properti, yang terakhir dari Country Garden, meningkatkan kekhawatiran investor sehingga investor kembali risk-off.
Namun, dari sisi domestik, proyeksi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah yang masih solid, terjaga, dan stabil membuat tekanan bagi Bank Indonesia untuk ikut menaikkan suku bunga menjadi minim. Meski demikian, interest rate differential dengan selisih hanya 25 bps dengan The Fed yang belum pernah terjadi sebelumnya memang menjadi hal yang diperhatikan pasar, khususnya dengan kekhawatiran terhadap nilai tukar rupiah yang bisa melemah dengan kondisi interest rate differential yang masih turun tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Ivan Jaya, Consumer Funding & Wealth Business Head, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, mengatakan komitmen Danamon sebagai organisasi yang customer-centric dan sebagai “Bank Pilihan Anda” terus berupaya menyediakan solusi keuangan yang komprehensif untuk membantu nasabah kian tumbuh dan mencapai tujuan finansialnya.
"Proposisi nilai unik dari Layanan Danamon Privilege berfokus untuk menjaga aspirasi setiap generasi dengan solusi wealth advisory untuk pengembangan aset, berbagai keistimewaan dari World of Privileges seperti fasilitas airport pick-up & fasilitas medical check-up serta kemudahan akses layanan digital banking yang lengkap, untuk membantu nasabah memegang kendali atas kebutuhan dan tujuan keuangan meraka. Hal ini merupakan perwujudan visi Danamon untuk Peduli dan Membantu Jutaan Orang Mencapai Kesejahteraan," tutup Ivan.