Harga Minyak Meroket, Dirut PIS Ungkap Pengaruh ke Bisnisnya
JAKARTA - Harga minyak dunia beberapa waktu terakhir terus meningkat hingga menembus 90 dolar AS per barel.
Menanggapi hal ini Direktur Utama PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi menungkapkan pengaruh peningkatan harga minyak dunia terhadap bisnis angkutan migas.
Menurutnya, harga minyak tidak selalu berkolerasi dengan angkutan harga sewa kapal namun lebih banyak berpengaruh terhadap pemintaan dan penawaran (supply and demand) terhadap angkutan migas
"Kadangkala gangguan geopolitik dan lain-lain itu berpengaruh," ujar Yoki yang dikutip Rabu, 27 September.
Ia menambahkan, selain berpengaruh terhadapsuplay dan demand, kenaikan harga minyak dunia juga berpengaruh pada sisi cost untuk mentransportasikan migas karena harga bahan bakar untuk mengoperasikan kapal uga turu meningkat.
"Pasti naik karena bahan bakar jadi naik karena harga minyak dunia," lanjut Yoki.
Meski demikian ia memastikan kenaikan harga minyak ini tidak akan berpengaruh pada kinerja perusahaan sebab pada akhirnya kenaikan harga ini akan membebani pengguna akhir.
Meski demikian, kenaikan harga minyak dunia ini tidak menyurutkan langkah PIS untuk menambah armadanya.
Yoki menyebut oihaknya berencana menambah 10 kapal tahun ini sehingga di akhir tahun kapal yang dimiliki PIS berjumah 103 unit.
Yoki mengatakan, penambahan armada ini ditujukan untuk kebutuhan bisnsi ke depan.
Adapun untuk tahun 2023, sepanjang tahun ini PIS sudah menambah 5 kapal ke armadanya.
Baca juga:
"Sekarang sudah 5 sampai Agustus 2023, dan akan ada beberapa lagi sampai akhir tahun. Mudah-mudahan kita kerjar sebanyak-banyaknya up to 10 jadi namah 5 lagi," ujar Yoki yang dikutip Rabu 27 September.
Hingga saat ini total armada yang dimiliki PIS adalah sebanyak 98 kapal dan ditargetkan akan berjumlah 103 di akir tahun ini.
Yoki menambahkan, kapal yang akan dioperasikan oleh PIS beragam yakni kapal untuk mengangkut minya, gas dan petrokimia.
Sementara penambahan kapal tahun ini juga telah memperhitungkan langkah Indonesia dalam mencapai taget Net Zero Emision dengan mengadakan kapal berteknologi dual fuel yang mengkombinasikan bahan bakar minyak dan LNG.