UOB Indonesia: Prospek Dunia Usaha Tetap Menarik meski Dibayangi Ketidakpastian
JAKARTA - UOB Indonesia menyatakan usaha kecil dan menengah (UKM) dan usaha berskala besar masih menunjukkan prospek bisnis yang positif pada tahun 2023 di tengah tingkat inflasi yang tinggi serta tantangan perekonomian global.
Hal itu terangkum dalam UOB Business Outlook Study 2023 yang melibatkan 530 perusahaan dari berbagai sektor.
Direktur Wholesale Banking UOB Indonesia Harapman Kasan mengatakan bahwa 90 persen UKM dan perusahaan berskala besar di Indonesia merasa optimis terhadap bisnis mereka di sisa tahun ini.
“Sentimen business outlook yang positif ini sebagian besar dilaporkan pada sektor-sektor seperti layanan masyarakat dan pribadi dan industri, minyak dan gas, serta manufaktur dan teknik,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis, 14 September.
Menurut Kasan, sebagian besar usaha mengambil langkah-langkah pentung guna memastikan mereka tetap siap menghadapi perubahan lingkungan ekonomi.
“Adopsi solusi digital untuk proses otomatisasi dan peningkatan pengalaman nasabah merupakan langkah utama untuk mendorong pertumbuhan,” tuturnya.
Kasan menjelaskan, dalam tiga tahun ke depan, dunia usaha akan memprioritaskan digitalisasi bisnis dalam rangka meningkatkan efisiensi mengembangkan sumber pendapatan baru, serta memberikan keterampilan atau meningkatkan keterampilan terhadap SDM.
“Bisnis di sektor-sektor seperti teknologi, media dan telekomunikasi serta layanan profesional berada di garis depan dalam mendigitalkan model bisnis untuk mendorong pertumbuhan,” tegas dia.
Baca juga:
Waspada inflasi
Meskipun prospek bisnis tetap positif, dunia usaha masih merasakan dampak kenaikan inflasi yang dapat menyebabkan biaya produksi lebih tinggi.
Menurut kajian ini, disebutkan bahwa 9 dari 10 bisnis di Indonesia terkena dampak inflasi yang tinggi sehingga menyulitkan mereka untuk bersaing dan juga dapat mengakibatkan berkurangnya keuntungan.
“Oleh karena itu, hampir satu dari dua dunia usaha di Indonesia fokus pada pemotongan biaya aktivitas perusahaan guna mengatasi inflasi,” imbuhnya.
Kajian ini menyoroti pula hampir 2 dari 5 perusahaan di Indonesia berupaya membangun hubungan pemasok yang lebih kuat untuk mengelola rantai pasokannya dengan lebih baik.
Sementara itu, rantai pasokan digital yang hemat biaya dapat membantu dunia usaha dalam memitigasi dampak akibat guncangan yang disebabkan inflasi.
“Sektor-sektor seperti industri, minyak dan gas serta manufaktur dan teknik akan memperoleh manfaat yang lebih besar dari solusi teknologi yang tepat,” tutup dia.