Beda Sikap Pj Gubernur Heru Budi dan Anak Buah Soal Semprot Jalan Demi Atasi Polusi
JAKARTA - Ada perbedaan sikap dari Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dan Dinas Lingkungan (LH) Hidup DKI Jakarta soal penggunaan mobil menyemprot jalan demi atasi polusi udara di Ibu Kota.
Kegiatan ini menuai kritikan dari para ahli lantaran alih-alih mengusir polusi udara, penyemprotan air di jalan raya malah dianggap menambah polusi. Air yang disemprot ini berpotensi meningkatkan konsentrasi PM 2,5.
Heru Budi sebelumnya mengaku akan tetap melanjutkan kegiatan semprot jalan yang sebelumnya dilakukan oleh Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Disgulkarmat) DKI serta Polda Metro Jaya menggunakan water canon.
"Lanjut. (Penyemprotan air ke jalanan) tetap jalan," kata Heru pada Rabu, 30 Agustus.
Namun, Kepala Dinas LH DKI Jakarta Asep Kuswanto mengaku penggunaan mobil untuk menyirami jalan kurang efektif untuk mengentaskan polusi udara. Bahkan, biaya operasionalnya cukup besar.
"Kalau kita pakai water canon mau berapa keliling kan? Belum airnya mahal, bensinnya mahal," ucap Asep kepada wartawan, Kamis, 31 Agustus.
Dengan demikian, Asep menyebut pihaknya mengutamakan upaya penyemprotan air dari atas gedung menggunakan alat water mist. Hal ini juga sejalan dengan rencana Heru Budi yang bakal memanggil 300 pengelola gedung tinggi untuk ikut mengoperasikan alat tersebut.
Baca juga:
- Jokowi Respons Koalisi Indonesia Maju Prabowo: Terserah Partai, Kenapa Harus Izin? Semua Boleh
- Pesan Jokowi ke Presiden Selanjutnya: Jangan Hentikan Hilirisasi, Rugi Besar Kita
- Hindari Penyeberang Jalan Diduga Awal Kecelakaan Maut Bus Eka Cepat Tabrak Bus Sugeng Rahayu di Ngawi
- Kemenag: Penyiapan Dokumen Jemaah Haji 1445 H Dilakukan Lebih Awal
Alat water mist ini disediakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Satu perangkat water mist dijual seharga Rp50 juta. Pemprov DKI Jakarta meminta para pengelola merogoh kocek masing-masing untuk pembelian alat tersebut.
Tak hanya itu, para pengelola gedung juga diminta menyuplai air dari gedung masing-masing untuk disemprotkan.
"Alatnya Rp50 juta dan biaya operasionalnya hanya Rp53 ribu per hari. Itu tidak mahal alatnya, kemudian juga operasional tidak mahal. Seharunya itu tidak menjadi hal yang memberatkan bagi gedung," urai Asep.
Asep menyebut, penyemprotan air dari atas gedung ini cukup efektif untuk mengikat PM 2,5, sehingga mengurangi tingkat pencemaran udara di Ibu Kota. Kalau bisa, setiap pengelola gedung memasang empat water mist di tiap sisi bangunannya.
"Kalau bisa, supaya lebih efektif, dipasang di empat sisi," imbuhnya.