Ganjar Kaji Program Insentif Guru Keagamaan di Level Nasional

BANYUMAS - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo silaturahmi bersama puluhan masyayikh di Pondok Pesantren At Taujieh Al Islamy 2 Andalusia, Kabupaten Banyumas.

Silaturahmi bersama para masyayikh ini adalah pertemuan ke dua yang didatangi Ganjar. Sebelumnya Ganjar juga bersilaturahmi dengan Masyayikh se-Indonesia di Kabupaten Rembang, Jateng, Rabu 17 Agustus lalu.

Kesempatan bertemu bersama para masyayikh tersebut dimanfaatkan Ganjar untuk berdiskusi dan menerima aspirasi mengenai program yang selama ini digulirkan di Jateng. Salah satunya terkait insentif guru keagamaan yang digagas bakal calon preisden (bacapres) 2024 itu selama memimpin Jateng.

"Saya kira Jawa Tengah sudah melakukan itu, usulannya adalah bagaimana kalau ini ditingkatkan ke nasional. Saya kira ini ide yang sangat baik,” kata Ganjar, Sabtu 26 Agustus.

Program insentif guru keagamaan telah digagas Ganjar sejak tahun 2019 di Jateng. Tahun 2023 ini, Ganjar menganggarkan Rp277 miliar sebagai insentif untuk 230.830 penerima dari 5 agama berbeda, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Dengan rincian penerima di antaranya guru agama Islam 223.373 orang, Kristen 5.651 orang, Katolik 1.089 orang, Hindu 548 orang, dan Buddha 169 orang. Jumlah penerima meningkat dari tahun 2022 sebanyak 211.455 orang.

Bantuan tersebut merupakan komitmen Ganjar dalam mengupayakan kesejahteraan terhadap guru agama. Dari program insentif ini, setiap guru mendapatkan Rp1,2 juta per tahunnya.

“Kita mesti memperhatikan mereka (guru keagamaan). Kalau saya, para ulama, guru ngaji, guru agama itu bisa kita titipi nilai-nilai budi pekerti yang mesti disampaikan kepada anak-anak. Anak asuhnya,” kata Ganjar.

Ganjar pun menyambut baik aspirasi yang disampaikan para masyayikh sebagai program kerja Indonesia ke depannya. Ganjar berharap aspirasi tersebut bisa ditindak lanjuti.

“Tentu kami senang mendapat masukan ini, mudah-mudahan beberapa akan bisa kita lanjuti. Setidaknya yang ada di wilayah Jawa Tengah sampai dengan 5 september, yang harus kita perbaiki, kita perbaiki,” kata Ganjar.

Selain soal insentif guru keagamaan, para masyayikh juga menyampaikan aspirasi terkait sosial kemasyarakatan. Salah satunya persoalan pupuk bersubsidi.

“Tadi bicara soal kelangkaan pupuk. Maka ini ada kekurangan dari sisi subsidi, maka rasa-rasanya kebijakan perpupukan mesti dirombak betul. Data petani harus sudah ada,” tandas Ganjar.

“Ini awareness dan kepedulian dari ulama-ulama dengan masukan tadi sangat luar biasa. Ternasuk tadi bagaimana mengelola pendidikan yang ada di Kemenag dan yang ada di Kemendikbud,” sambungnya.

Sejumlah ulama yang hadir antara lain KH Ibnu Mukti Purwokerto, KH Ahmad Yunani Banyumas, KH Imdadurrohman Mustolih Cilacap, KH Fatkhurrahman Banyumas, KH Khakim Anaesaburi Banjarnegara, KH Makhasin Mustamir Banjarnegara, dan KH Agus Abdulloh Cilacap.

Kemudian KH Abdussomad Kebumen, KH Misbakhul Ghorib Kebumen, KH Umar Fatah Purbalingga, KH Musta’idz Billah Hisyam, Purbalingga, dan KH Abror Mushodiq Purbalingga.