Tak Kalah dengan Kopi, Kemenperin Dongkrak Pengembangan Industri Teh Artisan
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah berupaya mendongkrak pengembangan industri teh artisan yang belum banyak terekspos seperti kopi. Padahal, Indonesia memiliki potensi industri teh artisan berkualitas yang didukung peremajaan perkebunan dan pengolahan teh dengan pemanfaatan teknologi dan komunikasi digital.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita mengatakan, banyak orang mengira teh yang berkualitas tinggi dan premium hanya dapat diimpor dari luar, yaitu dari Eropa dan Asia Timur.
"Untuk itu, Ditjen IKMA Kementerian Perindustrian juga berkomitmen turut serta mendongkrak perkembangan IKM teh artisan, melalui pembinaan penerapan CPPOB, pembinaan penerapan dan sertifikasi HACCP, keikutsertaan dalam kegiatan Indonesia Food Innovation (IFI), serta fasilitasi pada berbagai pameran tingkat nasional maupun internasional," kata dia di Jakarta, pada Senin, 14 Agustus.
Reni menyebut, hingga saat ini, Ditjen IKMA telah membina sembilan IKM teh artisan yang tersebar di Jawa dan Bali agar semakin naik kelas. Para IKM tersebut telah mengikuti workshop dan pendampingan sertifikasi HACCP, pendampingan dan penerapan CPPOB, menjadi peserta program IFI, hingga berpartisipasi di pameran-pameran pangan.
Dirjen Reni pun mengapresiasi langkah Asosiasi Artisan Teh Indonesia (ARTI) dan Dewan Teh Indonesia (DTI) yang mendirikan Rumah Teh Indonesia untuk menjaga kelestarian teh Indonesia agar tetap eksis di tengah masyarakat.
Sebab, teh berpotensi besar sebagai pilihan minuman favorit selain kopi di kafe-kafe yang kerap dikunjungi oleh para generasi muda milenial dan generasi Z.
Hal tersebut juga diperkuat dengan laporan McKinsey tahun 2020, yang melaporkan bahwa generasi Z Indonesia sebagian besar merupakan tipe konsumen yang sadar merek, cenderung menjadi pengadopsi awal sebuah produk atau layanan.
"Kehadiran teh artisan yang cukup menarik perhatian generasi muda perlu mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat dan pemerintah," ujar Reni.
Dia menuturkan, teh artisan adalah salah satu inovasi dalam pengembangan teh yang menawarkan berbagai manfaat dari bahan yang digunakan dan nilai estetika dalam tampilannya. Berbeda dengan produk teh komersil yang didominasi produk industri besar dan perkebunan, teh artisan justru sangat cocok dikembangkan oleh IKM.
Baca juga:
"Dengan modal terbatas pun, selama mampu bersaing dari sisi kompetensi SDM dan kreativitas, IKM teh artisan sangat berpeluang bersaing dalam pasar teh artisan di Indonesia," tuturnya.
Asosiasi Artisan Teh Indonesia mendefinisikan, teh artisan terbuat dari bahan dasar teh (camellia sinensis) berkualitas tinggi dan alami, sehingga karakter autentik produk teh tersebut sangat terlihat.
Menurut ARTI, suatu campuran bahan teh dan tisane (herbal dan rempah) dapat disebut racikan teh artisan apabila jumlah teh lebih dari 50 persen dari bahan campuran lainnya, dan karakteristik dasar tehnya masih dapat dirasakan.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi teh nasional mencapai 136.800 ton sepanjang 2022, dengan provinsi produsen terbesar adalah Jawa Barat.