Karhutla Melanda, Kualitas Udara di Sampit Kalteng Masuk Kategori Tidak Sehat

SAMPIT - Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menyatakan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang semakin sering terjadi di daerah setempat berdampak pada menurunnya kualitas udara hingga masuk kategori tidak sehat khususnya di Kota Sampit.

"Berdasarkan parameter ISPU (indeks standar pencemar udara) yang terbaca hari ini sudah 108, yaitu masuk kategori tidak sehat. Kategori ini, masyarakat disarankan menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah," kata Kepala Laboratorium Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur, Dhody Wiriyanto di Sampit, Antara, Senin, 14 Agustus. 

ISPU atau Indeks Standar Pencemar Udara merupakan nilai rata-rata dari gabungan nilai unsur ISPU yaitu CO, PM10, SO2, NO2, dan O3 yang masing-masing unsur tersebut dihitung menurut kadar tertimbang, kemudian dihitung nilai standarnya.

Dhody mengatakan, kebakaran lahan yang mulai marak terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur secara tidak langsung berdampak kepada kualitas udara. Penurunan kualitas udara itu tergambar para parameter ISPU yang meningkat.

Meningkatnya ISPU terjadi sejak kemarin. Dari data, angka pencemaran tertinggi terjadi pada pukul 00.00 WIB yaitu mencapai 121 poin.

Pemantauan ISPU dilakukan dari waktu ke waktu melalui peralatan yang dilengkapi sensor yang berada di halaman kantor Dinas Lingkungan Hidup. Data yang disajikan juga bisa diakses langsung oleh instansi di tingkat pusat serta masyarakat umum secara online.

"Data itu bisa menjadi bahan semua pemangku kepentingan. Mudah-mudahan saja kebakaran lahan ini bisa dipadamkan sehingga kabut asap tidak sampai parah seperti dulu," harap Dhody.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur Multazam mengatakan pemadaman kebakaran di sejumlah lokasi terus dilakukan oleh tim gabungan. Kebakaran tidak hanya terjadi dalam kota Sampit, tetapi juga di kecamatan, seperti di Pulau Hanaut.

"Informasi di update pagi ini melalui tim darat sedang dilakukan pemadaman. Untuk langkah antisipasi, kami meminta water bombing untuk wilayah Kotim," demikian Multazam.

Sementara itu, kebakaran lahan masih terjadi di beberapa titik. Pemadam kebakaran gabungan bahu-membahu memadamkan kebakaran agar tidak terus meluas.

Kebakaran lahan yang terjadi beberapa hari terakhir juga mulai menimbulkan kabut asap pada pagi hari sehingga berpengaruh pada jarak pandang. Data Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit, jarak pandang di sekitar bandara pada pukul 07.00 WIB hanya 1.500 meter, namun pada pukul 08.00 WIB kembali normal mencapai 10.000 meter.

Kepala Laboratorium Lingkungan Hidup DLH Kotim Dhody Wiriyanto menunjukkan pantauan ISPU yang menggambarkan penurunan kualitas udara di Sampit, Senin (14/8/2023). (ANTARA/Norjani)