Sebut Ada Keretakan di Lingkaran Presiden Putin, Kepala MI6 Ajak Warga Rusia Jadi Mata-mata untuk Inggris
JAKARTA - Kepala badan intelijen luar negeri Inggris menyebut pemberontakan Grup Wagner menunjukkan keretan di lingkaran Presiden Vladimir Putin, mengajak warga Rusia untuk bergabung dengan telik sandi London.
Dalam pidato publik keduanya sejak menjadi kepala Badan Intelijen Rahasia pada tahun 2020, Richard Moore mengatakan tampaknya hanya ada sedikit prospek bagi Rusia untuk mendapatkan kembali momentumnya di Ukraina.
Berbicara di Kedutaan Besar Inggris di Praha, Moore, yang secara resmi diberi kode "C", menyamakan situasi di Ukraina dengan Musim Semi Praha pada tahun 1968, ketika tank-tank Soviet membatalkan reformasi liberalisasi.
"Ketika mereka menyaksikan kebencian, pertikaian dan ketidakmampuan para pemimpin mereka yang tidak berperasaan... banyak orang Rusia bergulat dengan dilema yang sama seperti yang dialami para pendahulu mereka pada tahun 1968," katanya, dilansir dari Reuters 20 Juli.
"Saya mengundang mereka untuk melakukan apa yang telah dilakukan orang lain selama 18 bulan terakhir ini dan bergandengan tangan dengan kami. Pintu kami selalu terbuka ... Rahasia mereka akan aman bersama kami dan bersama-sama kita akan bekerja untuk mengakhiri pertumpahan darah," ungkap Moore.
Dalam pidatonya dan dalam wawancara berikutnya, Moore mengatakan pemberontakan bersenjata bulan lalu oleh pendiri kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, telah mengekspos "pembusukan yang tak terhindarkan" dari "otokrasi Presiden Putin yang tidak stabil".
"Jika Anda melihat perilaku Putin pada hari itu, Prigozhin memulai sebagai pengkhianat saat sarapan, dia diampuni saat makan malam dan dua hari kemudian dia diundang untuk minum teh. Ada beberapa hal yang bahkan kepala MI6 pun merasa sedikit sulit untuk menafsirkannya," urai Moore.
"Saya rasa Anda tidak memerlukan semua sumber daya MI6 untuk menyimpulkan bahwa ada keretakan yang dalam di kalangan elite Rusia di sekitar Putin," tandasnya.
Kepala mata-mata itu mengatakan, ia optimis dengan serangan balasan Ukraina. Dia menggambarkan keputusan Iran untuk memasok Moskow dengan pesawat tak berawak untuk konflik tersebut sebagai "tidak masuk akal", mengatakan hal itu telah memicu pertengkaran internal di tingkat tertinggi di Teheran.
Baca juga:
- Tinggalkan Kemlu Menuju Norwegia, Teuku Faizasyah Kenang Masa Penanganan COVID-19 hingga Presidensi G20
- Pabrik Pfizer di North Carolina Rusak Diterjang Tornado
- Terminal 2 Bandara Haneda Kembali Dibuka untuk Penerbangan Internasional Setelah Tutup Selama 3 Tahun
- Ada Rencana Pembakaran Al-Qur'an, Pengunjuk Rasa Serbu dan Bakar Kedubes Swedia di Irak
Moore juga berbicara tentang tantangan yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (AI). Timnya menggunakannya untuk meningkatkan pekerjaan mereka, termasuk mengganggu aliran senjata ke Rusia. Tetapi, dia mengatakan rezim otoriter menggunakannya untuk menyebarkan berita palsu dan disinformasi.
"Saya berharap kami akan semakin banyak ditugaskan untuk mendapatkan bukti tentang bagaimana negara-negara yang bermusuhan menggunakan AI dengan cara yang merusak, sembrono dan tidak etis," tandasnya.
Moore menambahkan, meskipun fokus pada Rusia, pihaknya mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk China daripada negara lain.