Sebanyak 97.119 Balita di Sulbar Berisiko Alami Stunting
MAMUJU - Dinas Kesehatan (Dinkes) menyatakan sebanyak 97.119 balita atau anak di bawah lima tahun di Sulawesi Barat (Sulbar) berisiko mengalami stunting berdasarkan data Pemerintah Provinsi Sulbar.
Pelaksana Harian Kepala Dinkes Provinsi Sulbar, dr Darmawiyah, menjelaskan berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) pemerintah, sebanyak 114.229 balita di Sulbar telah dilakukan pengukuran sepanjang tahun 2022.
Ia mengatakan, selain dilakukan pengukuran tubuh, balita tersebut juga ditimbang untuk melakukan monitor kondisi gizi mereka.
Menurut dia, dari 114.229 balita tersebut yang ditimbang dan diukur serta dimonitor gizinya tersebut, sebanyak 97.119 balita ditemukan berisiko stunting.
Dia mengatakan Pemprov Sulbar juga melakukan pendataan bayi yang baru lahir pada Januari sampai Mei pada 2023, dan kembali ditemukan bayi 15,50 persen bayi dalam kondisi stunting.
"Dari 9.159 bayi yang lahir sejak Januari sampai Mei 2023, terdapat 1.420 bayi baru lahir yang mengalami stunting," kata Darmawiyah dikutip ANTARA, Kamis 13 Juli.
Ia mengatakan Pemprov Sulbar terus melakukan evaluasi setiap program penanganan stunting di bidang kesehatan di Sulbar, agar angkanya dapat ditekan.
Baca juga:
- BKKBN Sebut Film Tema Keluarga Bisa Dijadikan Media Efektif Pemerintah Informasikan Bahaya stunting
- Sido Muncul Berkomitmen Kuat dalam Membantu Pencegahan Stunting
- Ganjar Sebut Kasus Stunting Bisa Cepat Dibereskan Bila Dikerjakan Bersama-sama
- Targetkan Angka Stunting Turun di Bogor, Dokter Rayendra Galakan Konsumsi 2 Telur Sehari
Ia menyampaikan, stunting merupakan kondisi pertumbuhan anak yang terhambat akibat kekurangan gizi kronis, yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak.
"Stunting dapat didefinisikan sebagai kondisi ketika tinggi badan anak di bawah standar yang seharusnya sesuai dengan usianya, sehingga perlu dilakukan penanganan oleh pemerintah di Sulbar," demikian Darmawiyah.