Rawan Gerakan Tanah, Tol Cisumdawu Dibangun Pakai Teknologi Geofoam EPS

JAKARTA - Pembangunan ruas jalan tol Cipali-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) yang terbentang sepanjang 61 kilometer menggunakan teknologi geofoam EPS.

Geofoam EPS adalah material yang berbentuk balok-balok berbobot ringan dan sudah biasa diterapkan di luar negeri, terutama untuk menangani lapisan tanah yang labil.

"Jadi memang di sini ada beberapa area yang rentan gerakan tanah jadi menyebabkan timbunan yang berpotensi longsor," ujar Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja kepada media seusai peresmian Tol Cisumdawu, Sumedang, Selasa, 11 Juli.

Ia melanjutkan, timbunan iniembutuhkan biaya konstruksi yang cukup mahal maka Kementerian PUPR memilih menggunakan teknologi 'busa' ini untuk mengatasi gerakan tanah dengan biaya yang ratif lebih murah.

"Dari sisi teknologi juga ini sudah diuji dengan geofoam. Jadi geofoam ini timbunan ringan yg secara ekonomi lebih murah," lanjut dia.

Lebih jauh, ia menambahkan, dengan teknologi ini pihaknya tidak harus membangun jembatan yang menggunakan lebih banyak bor dan pada akhirnya menimbulkan banyak timbunan,

Terkait ketahanan, lanjut Endra, ia memastikan Kementerian PUPR telah melakukan proteksi hingga ke dasar lapisan konstruksi.

"Sudah ada geofoam kita lapisi dengan geomembran. Setelah geomembran kita tambah lagi dengan wire press kemudian kita semprot dengan semen sehingga dia bentuknya short grid (tipis). Itu yang menahan hewan masuk ke dalam," urainya.

Asal tahu saja, Tol Cisumdawu dibangun dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) dengan menelan biaya konstruksi sebesar Rp18,3 triliun dengan dibiayai sebesar Rp9,07 triliun oleh pemerintah.

Terkait tarif, Endra mengatakan penerapan tarif tersebut mengacu pada perjanjian pengusaha jalan tol (PPJT).

Meski mengacu pada PPJT lama, tarif yang dikarenakan tidak semahal tol generasi baru yang relatif tinggi.

Namun, kata Endra, pihaknya masih akan mengevaluasi terkait besaran tarif tersebut.

"Yang jelas dia tidak sama dengan tol generasi baru sekarang yang tarifnya antara Rp1.500 hingga Rp2.000. Tarif Rp1.275 dengan panjang 61,6 kilo, itukan masih di bawah Rp80.000. Saya kira 61 km dengan tarif Rp80.000 masih terjangkau (affordable)," beber Endra.