Sejak Mei, 9 Wilayah di Jateng Kekeringan Dampak El Nino
SEMARANG - Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melakukan intervensi kepada sembilan kabupaten yang rawan mengalami kekeringan akibat terdampak fenomena El Nino.
“Intervensi dalam menghadapi El Nino yang kami lakukan dengan kegiatan penerapan penanganan dampak perubahan iklim,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jateng Supriyanto dikutip ANTARA, Senin 26 Juni.
Ia merinci kegiatan penerapan penanganan dampak perubahan iklim itu, antara lain bantuan pipanisasi, pompa air, pembuatan sumur pantek, pembuatan embung, dan sarana pembuatan pupuk organik.
Ia menyebut laporan kekeringan pada tanaman padi 2023 sudah terjadi pada April.
Sampai dengan Mei, kekeringan pada tanaman padi dilaporkan terjadi di sembilan kabupaten, yaitu Rembang, Blora, Grobogan, Kendal, Brebes, Pekalongan, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap.
Selain itu, sampai dengan Mei 2023 juga telah terjadi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti penggerek batang padi (PBP), wereng batang coklat (WBC), tikus, hama putih palsu, walang sangit, blas, hawar daun bakteri, dan tungro.
“Untuk itu, dilakukan pengendalian secara pre emptive di daerah endemis dengan menggunakan bahan bahan ramah lingkungan dan responsif pada daerah yang terserang OPT dengan menggunakan bahan kimia secara bijaksana," ujarnya.
Distanbun Jateng juga memberikan rekomendasi mitigasi dan adaptasi kepada kepala daerah kabupaten/kota dalam pengaturan pola tanam terhadap perubahan iklim di masa tanam (MT) III, salah satunya dengan menanam varietas padi yang toleran terhadap kekeringan seperti varietas Situbagendit, Inpago, dan Ciherang atau menanam komoditas palawija dan percepatan tanam padi, maksimal pada pertengahan Juni 2023.
"Agar pada saat puncak El Nino umur tanaman sudah aman dari kekurangan air atau bahaya kekeringan," katanya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyiapkan sejumlah skema mitigasi untuk menghadapi fenomena El Nino yang berdampak musim kemarau menjadi lebih panjang dan berkurangnya curah hujan.
“Skema mitigasi itu di antaranya mengeluarkan cadangan pangan pemerintah hingga optimalisasi dana desa, Bulog kabupaten/kota semuanya mesti siap, kampanye food loss dan food waste itu kami siapkan,” katanya.
Baca juga:
- Dilanda Kekeringan, BNPB Catat 4.360 Warga Jateng Kesulitan Air Bersih
- Wilayah Lambanapu dan Kabupaten Sumba Timur Tak Diguyur Hujan Selama 60 Hari, Bencana Kekeringan Berpeluang Terjadi
- Sumbawa dan Lombok Timur Siaga Darurat Kekeringan
- Hadapi El Nino, Ganjar Perintahkan OPD Jaga Kebutuhan Masyarakat dan Optimalisasi Dana Desa
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan fenomena El Nino menerjang Indonesia pada tahun ini yang berdampak musim kemarau menjadi berkepanjangan.
Puncak fenomena El Nino akan terjadi pada Agustus 2023 sehingga pemerintah melalui Kementerian Pertanian berupaya menyiapkan langkah mitigasi agar bencana kekeringan dapat meminimalisasi jumlah gagal panen di tingkat petani.