Kabut Tebal, Pesawat SAM Air Tak Bisa Dievakuasi
JAKARTA - Proses evakuasi Pesawat Gran Caravan milik Semuwa Air (SAM) yang jatuh di wilayah perbukitan Kabupaten Yalimo, Papua, diputuskan untuk ditunda. Alasannya, kabut tebal menyelimuti di titik jatuhnya pesawat.
"Operasi evakuasi tidak dapat di laksanakan disebabkan kabut tebal dan berawan di lokasi titik pesawat jatuh," ujar Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Kabasarnas) Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi kepada VOI, Sabtu, 24 Juni.
Rencananya, proses evakuasi akan dilanjutkan Minggu, 25 Juni. Operasi keselamatan itu akan dimulai sejak pagi.
Diharapkan, kondisi cuaca di titik jatuhnya pesawat akan medukung proses evakuasi. Sehingga, kabar para penumang dan kru pesawat bisa diketahui. "Proses evakuasi direncanakan untuk di laksanakan pada besok," kata Henri.
Baca juga:
- Ditodong Air Soft Gun di Malang, Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto: Aksi Kejahatan Makin Berani
- Kronologi Meninggalnya Politikus Gerindra Desmond Junaidi Mahesa, Sempat Mengeluh Sesak Nafas
- Politikus Partai Gerindra Desmond Junaidi Meninggal Dunia, Berikut Profilnya
- Dilaporkan Mantan Karyawan, Tasyi Athasyia Sebut Permasalahan Gaji Sudah Diselesaikan
Adapun, Pesawat Gran Caravan milik Semuwa Air dengan nomor penerbangan PK-SMW dilaporkan hilang kontak dalam penerbangan dari Elelim ke Poik, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan, sekitar pukul 11.00 WIT.
Berdasarkan rekaman video yang diterima, kondisi pesawat Gran Caravan itu telah hancur menjadi beberapa bagian. Pesawat itu jatuh di daerah perbukitan. Bahkan, asap hitam masih mengepul ke udara saat pesawat itu ditemukan, pada Jumat, 23 Juni.
Peswat itu berisi 6 orang. Dua di antaranya merupakan pilot atas nama Hadi Permadi dan copilot, Levi Murib.
Sedangkan empat lainnya merupakan penumpang. Dari data manifest mereka beridentitas Bartolomeus (34), Ebeth Halerohon (29), Dormina Halerohon (17) dan Kilimputni (20).