Kepala IAEA Sebut Air Pendingin Prioritas di PLTN Zaporizhzhia Usai Jebolnya Bendungan Kakhovka
JAKARTA - Kepala badan energi atom PBB mengatakan pada Hari Kamis, memastikan air untuk pendingin adalah prioritas kunjungannya ke PLTN Zaporizhzhia yang dikendalikan Rusia di Ukraina, menambahkan stasiun tersebut dapat beroperasi dengan aman untuk "beberapa waktu".
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi tengah berkunjung ke PLTN terbesar di Eropa tersebut, guna melakukan pemeriksaan setelah jebolnya Bendungan Kakhovka di hilir Sungai Dnipro.
"Yang penting untuk keamanan pabrik ini adalah air yang Anda lihat di belakang saya tetap pada level itu," kata Grossi dalam dua tweet yang dikeluarkan dari dekat pembangkit, termasuk di sebelah kolam yang memasok air untuk pendinginan, melansir Reuters 16 Juni.
"Dengan air yang ada di sini, pembangkit dapat tetap aman untuk beberapa waktu. PLTN akan bekerja untuk mengisi kembali air sehingga fungsi keselamatan dapat berjalan normal."
Grossi mengatakan kunjungan itu, yang ketiga ke pabrik di Ukraina selatan sejak pasukan Rusia mendudukinya pada hari-hari pertama invasi Februari 2022, telah mengumpulkan "sejumlah informasi yang penting untuk penilaian".
Reservoir Kakhovka biasanya digunakan untuk mengisi ulang kolam pendingin yang berdekatan dengan PLTN. Tetapi, sekarang tidak bisa dilakukan karena permukaan airnya menurun setelah kebocoran, kata para pejabat.
Sebaliknya, kolam yang dipisahkan dari reservoir dapat diisi ulang menggunakan sumur bawah tanah yang dalam, kata mereka.
Grossi sebelumnya dikutip oleh kantor berita Rusia mengatakan, situasi di lokasi itu "serius" tetapi tingkat air pendinginnya cukup. Dia juga mengatakan, inspektur IAEA akan tetap berada di lokasi.
"Kami memiliki kesepakatan politik yang dirumuskan di Dewan Keamanan (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Mencapai kesepakatan tertulis tidak akan realistis pada tahap ini karena, seperti yang kita ketahui, tidak ada negosiasi perdamaian atau gencatan senjata antara pihak-pihak tersebut," ujar Grossi seperti dikutip TASS.
Pasukan Rusia merebut pembangkit nuklir dan bendungan pembangkit listrik tenaga air Kakhovka tak lama setelah Presiden Vladimir Putin mengirim mereka ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Grossi telah berulang kali menyerukan diakhirinya pertempuran di sekitar fasilitas untuk menghindari kecelakaan bencana.
Sebelumnya pada hari itu, Grossi mengatakan tidak realistis mengharapkan Moskow dan Kyiv menandatangani dokumen tentang keamanan situs, sementara pertempuran berkecamuk di dekatnya.
Seorang juru bicara IAEA mengatakan, tembakan sempat menghentikan konvoi Grossi saat kembali ke wilayah yang dikuasai Ukraina setelah kunjungan tersebut, tetapi konvoi tersebut tidak berada dalam bahaya langsung.
Baca juga:
- Senat AS Setujui Nusrat Choudhury Muslimah Pertama Jabat Hakim Federal, Aktivis Advokasi: Lama Dinantikan
- Truk Tabrak Bus Lansia: 15 Orang Tewas dan 10 Lainnya Dilarikan ke Rumah Sakit
- Rusia Kirim Tentara Chechnya ke Perbatasan Ukraina untuk Hadapi Kelompok Sabotase
- Kepala IAEA Sebut Situasi di PLTN Zaporizhzhia Serius Usai Jebolnya Bendungan Kakhovka
Diketahui, enam reaktor pembangkit sekarang dalam keadaan mati. Rusia dan Ukraina telah berulang kali menuduh satu sama lain melakukan penembakan di dekat pabrik, yang membahayakan keamanan operasinya.
Seorang pejabat industri energi Rusia sebelumnya dikutip oleh kantor berita TASS, menuduh Ukraina melepaskan tembakan ke arah konvoi tersebut.