Oslo Forum, Menlu Paparkan Peran ASEAN Jaga Perdamaian
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memaparkan peran ASEAN dalam menjaga perdamaian dan stabilitas saat menjadi pembicara utama dalam Oslo Forum di Norwegia.
Forum tahunan yang membahas isu resolusi konflik dan perdamaian itu dihadiri oleh para praktisi perdamaian dari kalangan pemerintah, organisasi internasional, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
“Informasi yang saya sampaikan di dalam pertemuan utamanya adalah bagaimana ASEAN menggunakan power dan politiknya untuk menjadikan Asia Tenggara menjadi kawasan yang stabil dan damai,” kata Retno ketika menyampaikan pernyataan pers dilansir ANTARA, Rabu, 14 Juni.
Dalam memainkan peran tersebut, kata dia, ASEAN terus bekerja keras mendorong budaya dialog yang sangat penting untuk membangun rasa saling percaya dan menyelesaikan konflik.
“Saya tekankan budaya dialog ini artinya siap mendengarkan, siap mempertimbangkan pandangan pihak lain, siap untuk menganut paradigma win-win, dan siap untuk berdiri setara,” tutur Retno.
Budaya itu juga dibawa oleh ASEAN di dalam berbagai mekanisme yang dipimpin oleh ASEAN atau ASEAN led-mechanism.
ASEAN pun terus berupaya membangun budaya inklusif, yang merupakan bagian dari DNA perhimpunan.
Retno mengakui di tengah tajamnya rivalitas kekuatan besar, segala hal terus dipolitisasi dan negara-negara dipaksa untuk memihak.
“Tetapi ASEAN sangat konsisten untuk menjalin kerja sama dengan semuanya, tidak memilih salah satu pihak dan menutup pintu bagi pihak lain. Pendekatan inklusif ASEAN sangat tercermin di dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pacific,” kata dia.
Retno menegaskan ASEAN akan terus berusaha menghormati aturan (rules of the game).
“Aturan hukum internasional Piagam PBB harus dihormati secara konsisten, dan konsistensi ini sangat penting artinya. Tanpa konsistensi maka perdamaian tidak akan tercipta,” ujar dia.
“Konsisten berarti antara values dan actions haruslah sama,” kata Retno.
Baca juga:
Dalam Oslo Forum, Retno juga menyampaikan informasi terkini mengenai perkembangan di Myanmar.
Dia menyebutkan salah satu elemen penting dari Konsensus Lima Poin adalah pendekatan dan dialog yang terus diupayakan Indonesia sebagai ketua ASEAN untuk membantu penyelesaian krisis di Myanmar, yang dipicu oleh kudeta militer terhadap pemerintahan terpilih.
Selama hampir enam bulan, kata Retno, Indonesia sudah melakukan lebih dari 70 pendekatan dengan hampir semua pihak di Myanmar.
“Memang engagements ini tidak muncul di headlines news karena Indonesia memang memilih untuk tidak melakukan megaphone diplomacy,” kata dia.
Indonesia meyakini bahwa pendekatan yang dilakukan akan menciptakan rasa saling percaya, yang akan menjadi modal dasar sangat penting untuk dapat melakukan dialog di antara pihak-pihak berkonflik di Myanmar.
“Indonesia juga melakukan engagements dengan negara tetangga Myanmar agar kebijakan mereka mendukung upaya yang sedang dilakukan oleh ASEAN,” ujar Retno.
Bersama Menlu Kolombia dan CEO International Crisis Group, Retno diundang sebagai pembicara utama dalam sesi pleno forum di Oslo itu.
Undangan tersebut tidak lepas dari peran aktif Indonesia dalam mendorong dan mengupayakan perdamaian, antara lain di Myanmar dan Afghanistan, kata dia.