Harga Telur Mahal, Ini Cara Bapanas Stabilkan
JAKARTA - Harga telur ayam di pasaran mengalamai kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Guna mengatasi masalah ini, Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) pun mengambil sejumlah cara untuk menstabilkan harga di pasaran.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, salah satu upaya yang diambil adalah penyaluran bantuan telur dan daging ayam untuk keluarga risiko stunting (KRS).
Kata Arief, program ini secara efektif menyerap telur dan daging ayam yang dihasilkan peternak mandiri dengan harga yang baik untuk disalurkan guna menurunkan angka stunting.
“Saat ini pemerintah sedang menjalankan program bantuan untuk 1,4 juta KRS di 7 provinsi dengan memberikan telur ayam satu pack dan satu ekor daging ayam karkas bersama ID FOOD, Holding BUMN Pangan. Program ini akan berjalan selama tiga bulan. Mulai April sampai Juni 2023,” tuturnya dalam keterangan resmi, ditulis Rabu, 17 Mei.
Menurut Arief, program pemerintah ini, menjadi semacam closed loop yang terintegrasi dari hulu, tengah, hingga hilir. Di hulu melibatkan peternak mandiri sebagai pemasok produk, di tengah menyiapkan ID FOOD sebagai stan by buyer dengan harga yang baik untuk jaga stabilitas harga di peternak.
“Sementara di hilir, didistribusikan kepada masyarakat yang berisiko stunting sesuai data by name dan by address dari BKKBN,” ujarnya.
Lebih lanjut, Arief mengatakan untuk memastikan dilakukannya langkah mitigasi yang cepat, NFA melalui aplikasi Panel Harga Pangan dengan enumerator yang tersebar di 514 kabupaten/kota, terus melakukan monitoring dan pemantauan pergerakan harga telur di seluruh provinsi dan kabupaten/kota setiap hari.
“Kita pantau terus pergerakan harganya setiap hari. Apabila ada indikasi kenaikan harga baik di tingkat produsen dan konsumen kita lakukan intervensi. Seperti saat harga di tingkat produsen jatuh kita langsung minta BUMN Pangan serap dengan harga yang baik untuk kebutuhan bantuan pangan atau Cadangan Pangan Pemerintah (CPP),” terangnya.
Apabila kondisi harga di produsen naik, sambung Arief, Badan Pangan Nasional akan mengecek. Jika masalahnya di harga pakan yang tinggi, makan diupayakan untuk difasilitasi pendistribusian pangan komoditas jagung dari sentra produksi ke titik yang membutuhkan pasokan jagung untuk stabilkan harga pakan.
Baca juga:
Menurutnya, saat ini NFA secara konsisten melakukan fasilitasi distribusi jagung dari Gapoktan di sentra produksi seperti NTB dan Sulawesi Selatan ke peternak pulau Jawa, seperti Blitar, Kendal, Solo Raya, dan Lampung. Sampai dengan saat ini telah dilakukan fasilitasi distribusi jagung sebanyak 4,4 juta kg.
“Untuk menjaga keseimbangan harga telur maka upaya yang dilakukan harus menyeluruh, dari mulai memastikan stabilitas pasokan harga komoditas pakan di hulu hingga biaya logistik di hilir. Tentunya itu memerlukan sinergi dan kerja bersama,” ungkap Arief.
Adapun saat ini berdasarkan data Panel Harga Pangan per 14 Mei 2023, rata-rata harga telur di tingkat produsen berada di Rp25.840 per Kg, sedangkan di tingkat konsumen Rp29.737 per Kg.