Misi Dagang dengan Australia, Kemendag Bidik Transaksi 2,4 Juta Dolar AS
JAKARTA - Misi perdagangan yang dilakukan Indonesia pada Forum Bisnis Indonesia-Australia menghasilkan potensi nilai transaksi sebesar 2,4 juta dolar AS.
“Kegiatan ini menghasilkan potensi nilai transaksi B-to-B sebesar 2,4 juta dolar AS untuk produk makanan dan bumbu masak, kopi, produk perikanan, furnitur, dan produk kayu,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Dody Edward mewakili Menteri Perdagangan dalam keterangannya yang diterima, Jumat 14 Februari.
Pada misi dagang kali ini, turut berpartisipasi aktif 10 perusahaan Indonesia dari berbagai sektor, yaitu kayu, furnitur, dekorasi rumah, kerajinan, makanan dan minuman, kopi, pupuk, dan niaga elektronik (e-commerce).
Dody menjelaskan transaksi ini akan terus bertambah seiring dengan dicapainya kesepakatan-kesepakatan dagang yang saat ini masih dalam proses negosiasi business to business.
Pada rangkaian misi dagang ke Australia tersebut tanggal 12 Februari 2020, Dody bersama para pelaku usaha Indonesia juga berkesempatan mengunjungi industri tahu tempe yang berhasil dikembangkan oleh diaspora Indonesia di Sydney, yaitu Nutrisoy.
Baca juga:
Produk tahu dan tempe memiliki potensi yang cukup besar di pasar Australia mengingat sebagian besar masyarakat Australia mulai menyadari hidup sehat dan mengurangi konsumsi daging.
Pangsa pasar Nutrisoy saat ini 90 persen dipasarkan di Australia. Sedangkan 10 persennya untuk ekspor ke Selandia Baru, Kaledonia Baru, Singapura, dan Uni Emirat Arab.
Nutrisoy memproduksi makanan khas Indonesia (tahu dan tempe) yang sangat digemari masyarakat Australia. “Kami berharap, Nutrisoy dapat melakukan promosi untuk memperkenalkan produk Indonesia lebih luas, khususnya di restoran dan supermarket sehingga masyarakat Australia mengetahui produk Indonesia,” ujar Dody.
Selain ke Nutrisoy, Dirjen PEN dan rombongan juga mengunjungi importir Indonesia yang bergerak di bidang perkayuan dan bahan bangunan yaitu Innovative Timber Ideas (ITI) dan membahas peluang ekspor produk Indonesia dan hambatannya.
Saat ini ITI mengimpor produk kayu berupa decking dan timber untuk dipasarkan ke toko dan depo bangunan di Australia. “Produk kayu Indonesia telah memenuhi regulasi dan sertifikasi yang diminta oleh pihak Australia, antara lain SVLK,” jelas Dody.
ITI merupakan salah satu penerima penghargaan Primaduta Award yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo pada Trade Expo Indonesia 2019 lalu. Primaduta Award adalah penghargaan yang diberikan kepada perusahaan asing yang loyal mengimpor produk dari Indonesia.