Warga Ancol Ini Pilih Mudik Naik Motor Gerobak Roda Tiga
JAKARTA - Setelah sebelumnya ada warga pemukiman Kampung Muka Kelurahan Ancol yang berangkat mudik ke Pemalang, Jawa Tengah menggunakan bajaj, kali ini ada Wagino (52) yang juga berangkat mudik ke Pemalang, Jawa Tengah, dengan kendaraan yang tak biasa yakni gerobak motor roda tiga.
Pemilik gerobak motor dari Kampung Muka Ancol itu mengatakan, keberangkatan malam ini sudah yang kedua kalinya dilakukan dengan alat transportasi niaga tersebut.
"Ini mudik pakai gerobak motor, soalnya kalau pakai mobil (travel atau bus) tahu sendiri, minimal habis Rp300 ribu, itu baru satu orang," kata Wagino kepada wartawan dikutip ANTARA, Selasa, 18 April.
Lagi-lagi, alasan soal biaya transportasi umum yang semakin mahal membuat Wagino memilih mudik menggunakan gerobak motor. Padahal Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim sudah mengimbau warga untuk mudik menggunakan transportasi umum yang disediakan secara gratis oleh pemerintah.
Namun Wagino dan empat orang tetangganya lebih tertarik dengan pilihan melakukan perjalanan jauh dengan moda transportasi milik sendiri supaya bisa lebih santai berangkat kapan saja dia inginkan.
Pada Selasa (18/4) malam, lima warga yang bermukim di Kampung Muka Ancol itu tampak sibuk mengemasi barang-barang mereka.
Tas berisi pakaian, kardus berisi barang oleh-oleh, serta tas lainnya berisi keperluan mandi dikumpulkan oleh kelima orang itu di salah satu warung makan di lokasi.
Mereka berbincang-bincang sejenak sebelum akhirnya memindahkan tas masing-masing ke dalam satu unit gerobak motor roda tiga merek Viar yang sudah dipersiapkan.
Barang-barang bawaan itu dirapikan di bak beratap yang berada di belakang gerobak motor.
Para calon pemudik ini memberi ruang yang cukup untuk bisa duduk nyaman selama perjalanan ke Pemalang menggunakan gerobak motor ini.
Perjalanan dari Jakarta Utara menuju Pemalang, Jawa Tengah diperkirakan akan menghabiskan sekitar 20 liter bensin.
Untuk itu, Wagino mengajak empat tetangganya untuk ikut pulang ke kampung halaman yang sama.
"Kalau kayak gini bensin 20 liter bisa patungan. Ini gerobak motor muatnya sih enam orang, cuman ini bawa empat, lima sama sopir," ujar Wagino.
Di tahun keduanya mudik menggunakan gerobak motor, Wagino mempersiapkan barang bawaan seperti pakaian, oleh-oleh, hingga makanan untuk dikonsumsi selama perjalanan.
Diperkirakan perjalanan malam ini akan menghabiskan waktu 9 jam dari Ancol ke Pemalang melalui jalur pantai utara sejauh lebih kurang 300 kilometer.
Jika kelelahan, mereka sepakat untuk berhenti sejenak di pinggir jalan sebelum mulai melaju kembali.
"Kendalanya capek, ya gantian kalo yang lain bisa bawa, kalo nggak bisa ya istirahat dulu," kata Wagino.
Pilihan mudik menggunakan gerobak motor ini, lanjut Wagino, kemungkinan besar akan terus dilakukannya di lebaran tahun-tahun berikutnya.
Selama tiket angkutan umum gratis masih terasa berat dijangkau, gerobak motor adalah solusi mudik yang dipilih Wagino dan tetangganya.
Sebelum Wagino, pada Minggu (16/4/) bersama empat orang warga Kampung Muka Ancol yang juga mudik ke Pemalang menggunakan transportasi roda tiga bajaj.
Mereka yang sudah mudik duluan menggunakan bajaj ialah Nur Kholik (33) dan istrinya Sri Winarni (32), begitu juga rekan Nur Kholik sesama sopir bajaj yaitu Slamet Sidik (45) dan sang istri Watri (38).
Mereka mudik dengan bajaj karena, biayanya hanya di kisaran Rp 250 ribu sekali jalan. Uang itu dipergunakan untuk membeli 10 liter Pertalite yang dibutuhkan dalam sekali perjalanan.
Sidik menambahkan, selain untuk menghemat biaya, mudik menggunakan bajaj terkesan lebih santai.
Namun, Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim sudah melarang aktivitas mudik seperti itu karena dinilai dapat membahayakan warga yang bersangkutan.
Selain kendaraan tidak standar untuk perjalanan jarak jauh, angkutan mudik secara gratis sudah diupayakan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya di Jakarta Utara.