Selamat Jalan, Syekh Ali Jaber Tokoh Pemersatu Umat
JAKARTA - Meninggalnya ulama Syekh Ali Jaber pada Kamis, 14 Januari menimbulkan duka bagi petinggi di Tanah Air. Sebab, ulama berusia 44 tahun ini dianggap sebagai ulama yang menjunjung tinggi persatuan di tengah masyarakat.
Kabar meninggalnya Syekh Abdul Jaber disampaikan oleh Ustad Yusuf Mansyur lewat Instagram pribadinya @yusufmansurnew yang memiliki 2,8 juta pengikut. Melalui unggahannya, Yusuf Mansyur mengatakan, Syekh Ali meninggal di RS Yarsi.
"Syaikh Ali Jaber wafat di RS Yarsi jam 08.30 WIB. Mohon doanya," kata Yusuf dalam unggahannya, Kamis, 14 Januari.
"Insyaallah beliau syahid. Kita kehilangan pejuang Quran. Kita kehilangan orang baik yang Islam," imbuh dia.
Kabar dukacita ini juga disampaikan melalui akun Instagram @yayasan.syekhalijaber. Dalam unggahan tersebut selain mengabarkan tentang meninggalnya ulama yang lahir di Madinah, Arab Saudi ini, akun tersebut juga mengabarkan Syekh Ali Jaber meninggal bukan karena COVID-19.
Adapun informasi ini diberikan karena sebelumnya, ulama ini sempat dinyatakan positif COVID-19 pada Selasa, 29 Desember 2020 dan sempat masuk ke ruang ICU RS Yarsi sehari setelahnya atau 30 Desember 2020.
"Telah wafat guru kita, Syekh Ali Jaber (Ali Saleh Mohammed Ali Jaber) di RS Yarsi Hari ini, 14 Januari 2021/1 Jumadil Akhir 1442 H Jam 08.30 WIB dalam keadaan negatif COVID-19," tulis akun @yayasan.syekhalijaber.
Banyak pelajaran yang diajarkan Syekh Ali Jaber salah satunya soal persatuan. Lewat sebuah video yang direkam di sela-sela kesibukannya dan diunggah ke akun Instagram @syekh.alijaber sekitar sebulan lalu, dirinya mengatakan kebanggaannya menjadi warga Indonesia.
Selain itu, Syekh Ali Jaber menjelaskan jika keluarganya hingga kini tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dia mengatakan, meski lahir dan besar di Arab namun dia memastikan darah yang ada di tubuhnya adalah darah Indonesia.
Apalagi berdasarkan cerita yang disampaikan di video tersebut, Ali Jaber merupakan keturunan pejuang di Lombok yang ikut berjuang melawan penjajah.
"Jadi walaupun saya lahir dan besar di Arab tapi bisa dipastikan, insyaallah, darah saya adalah darah Indonesia. Bahkan, saya pernah cek darah, subhanallah, dokternya pun kaget karena darahnya merah putih," ungkapnya dalam video tersebut.
Tak hanya itu, dirinya juga berkomentar soal revolusi akhlak yang beberapa waktu lalu ramai digaungkan oleh Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab yang dianggapnya menyimpang dari tujuan awalnya.
Kata dia, jika di masa sekarang banyak orang-orang yang saling menyalahkan dan mencari keburukan maka bukan tak mungkin ke depan akan terjadi perpecahan di dalam bangsa ini. Sehingga siapapun, harus saling menghormati tanpa terkecuali.
Lebih lanjut, Ali Jaber menjelaskan jika dalam Islam mengajarkan sopan santun dan mengimbau agar para masyarakat tidak membenci kekurangan seseorang.
"Siapapun yang berbeda dengan pandangan masing-masing. Kita berkah memiliki berbeda pandangan, namun tidak berhak untuk mencaci maki yang tidak sesuai dengan pandangan kita," katanya.
Itu barulah salah satu contoh pelajaran yang disampaikan oleh Syekh Ali Jaber kepada umat di Tanah Air. Banyak pelajaran yang membuat banyak orang kehilangan dengan kepergian ulama ini tak terkecuali pejabat negara di negera ini.
Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, salah satunya. Melalui akun Twitternya, @mohmahfudmd merasa kehilangan sosok yang dianggapya sebagai ulama pemersatu umat yang kerap menjembatani aspirasi antara masyarakat dan pemerintah.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Kita kehilangan tokoh penyejuk dan pemersatu umat. Ulama besar Syekh Ali Jaber wafat hari ini," tulisnya dalam akun Twitter tersebut.
Menurut Mahfud, Syekh Ali Jaber adalah sahabat yang baik dan rendah hati. "Beliau adalah sahabat baik saya. Karena rendah hati, beliau memanggil saya 'Guru' atau 'Ayah'," ungkapnya.
Lebih lanjut, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengaku beberapa hari sebelum diberitakan terinfeksi COVID-19, Syekh Ali Jaber menyambangi ke rumahnya dan membawakan oleh-oleh. Dalam kunjungan itu, Mahfud mengatakan tamunya yang berniat untuk mencetak sejuta penghafal Alquran meminta dukungannya
"Beberapa hari sebelum diberitakan COVID-19 Syekh Ali Jaber ke rumah saya, menghadiahi tasbih, kurma pilihan, buku doa, parfum khas aroma Ka'bah. "Guru saya mau mencetak sejuta penghafal Alquran. Tanah dan modal untuk gedung sudah mulai terkumpul; mohon dukungan proses perizinan," katanya," kata dia menyampaikan permintaan tamunya tersebut.
Bukan hanya Mahfud, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun menyampaikan rasa duka citanya. Dia mengatakan, Syekh Ali merupakan sosok ulama yang teduh. Syiar dan fatwanya mencerdaskan umat.
"Tutur kata Syekh Ali Jaber jauh dari kebencian (hatred) & juga bukan permusuhan (hostility). Mendengarkan ceramahnya, hati saya tenteram & bersyukur karena itulah ajaran Islam yang sejati," cuit SBY di laman twitternya, @SBYudhoyono.
Tak hanya itu, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini juga mengatakan ulama ini sempat mengunjungi istrinya sebelum meninggal atau saat dirawat di Singapura.
"Syekh Ali Jaber menyempatkan waktu untuk menjenguk & mendoakan istri tercinta Ani Yudhoyono ketika sedang dirawat di Singapura. Saat itu, saya dengarkan tausiah yang sejuk agar saya tetap kuat, tabah & sabar dalam menerima cobaan & ujian Allah SWT. Selamat jalan sahabatku," katanya.
Selain ajaran soal persatuan yang diamini oleh sejumlah pejabat, ada ajaran lain yang kerap disampaikan oleh Syekh Ali Jaber kepada keluarganya terutama anaknya.
Putra sulung Syekh Ali Jaber, Al Hasan Ali Jaber mengatakan, semasa masih hidup sang ayah berpesan kepada dirinya untuk selalu menjaga salat dan ibunya. Pesan ini juga disampaikan kepada keluarga.
"Pesannya dari dulu selalu jaga salat, jaga salat, jaga salat, jangan tinggalkan salat karena salat itu tiang agama. Terus jangan lupa jaga ibu dan keluarga," ujar Al Hasan Ali Jaber saat ditemui di rumahnya di Jalan Ade Irma Suryani, Kota Mataram.
Baca juga:
Al Hasan Ali Jaber mengaku, dirinya dan keluarga mengikhlaskan kepergian Syeikh Ali Jaber. Menurutnya, semasa hidup Syeikh Ali Jaber tidak pernah meminta dirinya untuk meneruskan pekerjaan almarhum sebagai seorang pendakwah.
Karena pesan almarhum kepada dirinya untuk tetap selalu menjaga shalat dan tidak meninggalkan salat.
"Belum ada, cuman yang selalu beliau pesan itu jaga salat, karena insyaAllah kalau shalat lancar maka hidup akan dipermudah, terus jangan lupa mengkhatamkan Al-Qur'an," ucap putra sulung Syeikh Ali Jaber ini.
Dia juga memaparkan kondisi terakhir ayahnya. Sebelum kembali ke Lombok pada Senin, 11 Januari, dirinya lama berada di Jakarta untuk memantau kondisi Syeikh Ali Jaber selama dalam perawatan di rumah sakit.
"Karena kondisinya beliau terus membaik, saya akhirnya memutuskan pulang, tapi pada Kamis, 14 Januari pagi kami dikabarkan bahwa kondisi Syeikh Ali Jaber terus menurun, oksigen turun dan panasnya naik. Tapi meninggalnya Syeikh Ali Jaber dalam kondisi negatif COVID-19," pungkasnya.